Pengamat: Orang Tua Perlu Edukasi Anak untuk Cegah Perilaku LSL dan Risiko HIV

Pengamat Sosial, Agus Suriadi. (foto: fisipusu/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat sosial sekaligus akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), Agus Suriadi, menyampaikan sejumlah langkah yang bisa dilakukan orang tua guna mengedukasi anak agar tidak terjerumus dalam perilaku Lelaki Seks Lelaki (LSL) dan risiko penularan HIV.
Menurut Agus, edukasi seksual yang komprehensif sangat penting diterapkan, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.
"Pertama, perlunya pendidikan seksual yang terintegrasi melalui kurikulum sekolah. Program ini harus mencakup informasi seputar kesehatan reproduksi, risiko HIV, serta pentingnya membangun hubungan yang sehat," ujarnya kepada MISTAR, Kamis (10/7/2025).
Peran Orang Tua: Bangun Komunikasi Terbuka
Lebih lanjut, Agus menekankan pentingnya peran orang tua dalam kehidupan anak, terutama dalam membangun komunikasi yang terbuka terkait isu-isu seksual.
"Orang tua perlu aktif terlibat dalam kehidupan anak. Ciptakan komunikasi terbuka tentang isu seksual dan berikan dukungan emosional, agar anak merasa aman berbicara tanpa rasa takut atau malu," katanya.
Peran Pemerintah dan LSM: Kampanye dan Akses Layanan
Agus juga menyoroti peran pemerintah dan organisasi non-pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengurangi stigma terhadap kelompok LSL.
"Diperlukan kampanye edukatif untuk mengurangi stigma terhadap LSL dan memastikan akses terhadap layanan kesehatan yang ramah, seperti tes HIV dan konseling. Ini penting untuk deteksi dini dan pengobatan," tutur Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP USU tersebut.
Baca Juga: Dinkes Medan: LSL Bukan Identitas
Tujuan: Remaja Paham Identitas dan Kesehatan Seksual
Agus berharap langkah-langkah tersebut bisa membantu remaja memahami identitas diri dan pentingnya menjaga kesehatan seksual mereka sejak dini.
"Dengan pendekatan edukatif yang menyeluruh, angka kasus HIV dapat ditekan dan anak-anak, khususnya remaja, dapat memahami identitas serta kesehatan seksual mereka secara lebih baik," tuturnya. (berry/hm27)