Indonesia Siap Teken Pakta Dagang Rp550 Triliun dengan AS, Garuda Intip 75 Pesawat Boeing

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut akan mengimbangi tarif 32% yang dikenakan Amerika (Foto:Istimewa/Mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Pemerintah Indonesia akan menandatangani pakta bernilai fantastis sebesar $34 miliar ( Rp550,8 triliun) dengan mitra bisnis Amerika Serikat pada 7 Juli mendatang, sebagai langkah strategis dalam meredakan ketegangan perdagangan dengan Washington. Pakta ini mencakup peningkatan impor dari AS serta investasi besar-besaran Indonesia di sektor energi dan pertanian Negeri Paman Sam.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Kamis (3/7/2025). Ia menegaskan bahwa komitmen ini menjadi bagian dari upaya terkoordinasi antara pemerintah, regulator, BUMN, dan sektor swasta untuk mengimbangi tarif 32% yang dikenakan Amerika terhadap produk Indonesia.
“Langkah ini menunjukkan bahwa seluruh elemen bangsa bersatu dalam merespons pengenaan tarif AS. Dengan memperbaiki neraca perdagangan, kami berharap bisa memperoleh kesepakatan perdagangan yang lebih baik, bahkan dibandingkan Vietnam,” ujar Airlangga.
Sebagai informasi, pada tahun 2024, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan barang sebesar $17,9 miliar (Rp290,0 triliun) dengan Amerika Serikat. Surplus ini menjadi salah satu faktor pendorong pemberlakuan tarif impor yang tinggi dari pihak AS.
Dalam perkembangan terpisah namun relevan, maskapai nasional Garuda Indonesia (GIAA.JK) turut berpartisipasi dalam manuver diplomasi ekonomi ini. Garuda sedang menjajaki potensi pembelian hingga 75 unit pesawat Boeing, termasuk seri 737 Max 8 dan 787 Dreamliner, ungkap CEO Garuda, Wamildan Tsani, usai bertemu dengan Menko Airlangga.
Walaupun belum dikonfirmasi apakah rencana pembelian tersebut menjadi bagian langsung dari negosiasi tarif dagang, langkah ini menunjukkan sinyal kuat bahwa Indonesia ingin memperluas keterlibatan ekonominya dengan AS, khususnya di sektor strategis seperti penerbangan.
Garuda sendiri masih dalam proses pemulihan pascapandemi, dengan dukungan pinjaman sebesar $405 juta ( Rp6,561 triliun) dari Danantara Indonesia, dana kekayaan negara, yang dialokasikan untuk pemeliharaan dan peremajaan armada.
Langkah ini diambil menjelang batas waktu 9 Juli 2025, saat diharapkannya kesepakatan dagang konkret tercapai antara kedua negara. Sementara itu, Amerika Serikat baru saja mengumumkan pengurangan tarif untuk ekspor Vietnam dari 46% menjadi 20%, memberi sinyal bahwa peluang diplomasi masih terbuka lebar.
Jika strategi investasi dan pembelian ini berhasil mengubah sikap Washington, Indonesia berpotensi mendapatkan perlakuan tarif yang lebih kompetitif dan menguntungkan sektor ekspor dalam negeri.(hm17)