Tuesday, August 19, 2025
home_banner_first
EDUKASI

Rabu Wekasan 2025: Doa, Amalan, Tradisi dan Larangan Lengkap

journalist-avatar-top
Selasa, 19 Agustus 2025 14.54
rabu_wekasan_2025_doa_amalan_tradisi_dan_larangan_lengkap

Ilustrasi berdoa. (foto:spiritualray/mistar)

news_banner

Solo, MISTAR.ID

Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan dikenal sebagai Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Hijriah.

Tradisi ini masih diyakini sebagian umat Islam di Indonesia sebagai waktu yang penuh ujian, sehingga dianjurkan memperbanyak doa, amalan, serta ritual tolak bala.

Mengutip buku Warisan Ulama Nusantara karya Ainun Lathifah, penyebutan Rabu Wekasan berbeda di tiap daerah. Ada yang menyebutnya Rebo Kasan, Rebo Pungkasan, hingga Ara Mustakmir.

Pada hari ini, masyarakat biasanya melaksanakan amalan seperti puasa sunnah, shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, serta doa khusus. Tujuannya adalah memohon perlindungan dari bala atau musibah yang diyakini turun pada hari tersebut.

Kapan Rabu Wekasan 2025?

Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Kementerian Agama (Kemenag) RI, bulan Safar 1447 H berakhir pada 24 Agustus 2025. Dengan demikian, Rabu terakhir bulan Safar atau Rabu Wekasan jatuh pada 20 Agustus 2025.

Dalam penanggalan Hijriah, pergantian hari dimulai saat matahari terbenam (Maghrib), sehingga malam Rabu Wekasan sudah dimulai pada Selasa, 19 Agustus 2025.

Bacaan Doa Rabu Wekasan

Terdapat beberapa doa yang lazim diamalkan pada Rabu Wekasan, antara lain:

Doa dari kitab Al-Khoirot karya A Fatih Syuhud

Doa panjang memohon perlindungan dari bala.

Doa setelah shalat sunnah mutlak

Dengan bacaan Surat Al-Fatihah, Al-Kautsar, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, dilanjutkan doa khusus.

Doa berjamaah versi NU Online

Biasanya dibaca bersama-sama di masjid atau majelis taklim.

Doa tolak bala

Berasal dari kitab Doa Harian Pengetuk Pintu Langit karya H. Hamdan Hamedan, berisi permohonan agar dijauhkan dari bencana, wabah, dan kesulitan.

Selain itu, sejumlah ulama juga menganjurkan doa perlindungan dari ayat-ayat Al-Qur’an, seperti Hud ayat 47, serta doa kebaikan dunia akhirat.

Asal Usul dan Keyakinan

Dalam kitab Fathul Malik al-Majid karya Syekh Ahmad bin Umar Ad-Dairabi disebutkan bahwa pada Rabu terakhir bulan Safar, Allah menurunkan 320 ribu bala. Keyakinan ini kemudian melahirkan tradisi doa bersama, shalat tolak bala, hingga ritual budaya seperti Air Salamun.

Meski demikian, hadis Rasulullah menegaskan bahwa bulan Safar tidak membawa kesialan. Hadis riwayat Bukhari menyebut:

"Tidak ada wabah yang menyebar sendiri, tidak ada tanda kesialan, tidak pula burung pertanda, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar."

Larangan Rabu Wekasan

Beberapa masyarakat Jawa dan daerah lain masih memegang larangan pada hari ini, di antaranya:

-Tidak menikah pada hari Rabu Wekasan.

-Tidak bepergian jauh untuk menghindari bahaya.

-Tidak memulai usaha baru.

-Tidak melakukan pekerjaan berisiko tinggi.

Larangan ini lebih bersifat tradisi budaya, bukan ketentuan agama.

Makna Tradisi Rabu Wekasan

Tradisi Rabu Wekasan tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga sosial dan budaya, yaitu:

Makna spiritual: meningkatkan doa, ibadah, dan rasa syukur.

Makna sosial: mempererat silaturahmi lewat doa bersama.

Makna budaya: menjaga warisan leluhur yang masih hidup di masyarakat.

Dengan demikian, meski menuai pro dan kontra, tradisi Rabu Wekasan tetap menjadi momentum penting bagi masyarakat. Esensinya adalah doa agar selalu dilindungi Allah SWT dari berbagai bencana. (**/hm16)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN