MPLS Ramah 2025: Dari Kesan Pertama Menjadi Kenangan Bermakna

Ilustrasi, MPLS Ramah 2025: Anak baru diterima high-five oleh guru ramah, beberapa orang tua mengamati sambil tersenyum. (foto:ai/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Tahun ajaran 2025/2026 resmi dimulai dengan sorotan publik terhadap pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Ramah, yang mengusung pendekatan baru: membentuk karakter melalui pengalaman yang menyenangkan dan inklusif.
Melalui Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2025, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbudristek menegaskan bahwa MPLS kini bukan lagi sekadar orientasi administratif, melainkan transformasi menjadi proses pembelajaran berbasis nilai dan kemanusiaan.
Makna Tema “MPLS Ramah”
MPLS Ramah 2025 dibangun di atas enam prinsip utama:
- Ramah: Menjunjung tinggi hak anak dan prinsip inklusivitas.
- Edukatif: Mengintegrasikan aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai karakter.
- Partisipatif: Melibatkan seluruh pemangku kepentingan—guru, siswa, orang tua, dan komite sekolah.
Dirjen PAUD Dikdasmen, Dr. Gogot Suharwoto, menekankan bahwa MPLS adalah bagian dari pendidikan berbasis kemanusiaan, bukan sekadar seremoni rutin tanpa makna.
Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH)
Sebagai bagian dari kurikulum karakter, MPLS memperkenalkan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) yang mencakup bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cukup.
Kebiasaan ini diperkuat melalui dua program utama: Gerakan Pagi Ceria dan Refleksi Ceria, yang dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang positif dan menyenangkan sejak pagi hari.
MPLS sebagai Sarana Penyembuhan dan Pencegahan Kekerasan
Mengacu pada Permendikbud No. 18 Tahun 2016, MPLS Ramah berfungsi sebagai sarana preventif terhadap praktik perpeloncoan dan kekerasan. Pendekatan yang digunakan bersifat psikologis dan suportif, melalui kegiatan seperti:
- Afirmasi Penutup: Penyampaian kata-kata positif sebelum siswa pulang.
- Lingkaran Cerita: Sesi berbagi minat, pengalaman, dan aspirasi siswa.
- Mekanisme Inklusi: Aktivitas yang disesuaikan untuk siswa rentan dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Hasil survei internal menunjukkan bahwa 97% siswa merasa nyaman dan diterima setelah mengikuti rangkaian kegiatan MPLS Ramah.
Peran Orang Tua: Bukan Penonton, tetapi Mitra Aktif
MPLS Ramah mendorong keterlibatan orang tua secara langsung dalam berbagai kegiatan, seperti:
- Workshop Pola Asuh Positif
- Penanaman Pohon Harapan bersama anak
- Sesi Makan Bergizi, dengan bekal sehat dari rumah sesuai pedoman sekolah
Kolaborasi ini bertujuan memperkuat hubungan dan komunikasi antara rumah dan sekolah sejak hari pertama.
Respons Digital dan Antusiasme Masyarakat
Panduan pelaksanaan MPLS 2025 menjadi salah satu konten edukatif yang paling banyak diunduh, mencatat lebih dari 500.000 unduhan.
Dukungan dari media digital serta peliputan luas turut memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pendekatan pendidikan yang ramah, inklusif, dan bebas kekerasan.
Struktur Kegiatan MPLS Ramah untuk SD (5 Hari)
Berikut adalah contoh struktur kegiatan MPLS Ramah jenjang Sekolah Dasar selama lima hari:
Hari 1: Sekolahku Menggembirakan – Tur interaktif dan pengenalan lingkungan sekolah
Hari 2: Aku Anak Indonesia Hebat – Pengenalan G7KAIH dan sesi dongeng inspiratif
Hari 3: Cerita Sekolahku Hebat – Eksplorasi minat, hobi, dan bakat siswa
Hari 4: Aku Berani Sehat – Edukasi tentang kesehatan, kebersihan, dan lingkungan
Hari 5: Sekolah Impianku – Sesi refleksi dan komitmen bersama membangun sekolah yang ramah.
Baca Juga: Kemendikdasmen Tetapkan MPLS Ramah 2025
Pendidikan Berbasis Kebahagiaan dan Kemanusiaan
MPLS Ramah 2025 bukan hanya sebuah program tahunan, tetapi juga refleksi dari perubahan paradigma pendidikan Indonesia: dari seremoni formal menjadi pengalaman belajar yang berkesan, menyentuh hati, dan membangun karakter.
Dengan dukungan kebijakan nasional, media digital, serta partisipasi aktif masyarakat, pendekatan ini menjadi model baru dalam dunia pendidikan. Bahkan, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebutnya sebagai contoh praktik pendidikan berbasis kesejahteraan (well-being-based education).
Rekomendasi untuk Sekolah:
- Unduh panduan resmi MPLS 2025 dari Kemendikbudristek
- Sesuaikan tema dan kegiatan dengan konteks lokal sekolah
- Libatkan seluruh pemangku kepentingan sejak awal
- Lakukan evaluasi kegiatan secara berkala untuk perbaikan berkelanjutan.
Artikel ini dikurasi dari berbagai sumber terpercaya dengan menggunakan bantuan teknologi Artificial Intelligence (AI). (*)