Tuesday, July 22, 2025
home_banner_first
SUMUT

Kemarau Panjang Sebabkan Danau Sidihoni Surut, Warga Alami Krisis Air Bersih

journalist-avatar-top
Selasa, 22 Juli 2025 14.02
kemarau_panjang_sebabkan_danau_sidihoni_surut_warga_alami_krisis_air_bersih

Camat Ronggur Nihuta, Bresman Simbolon menunjukkan surutnya air Danau Sidihoni. (Foto: Pangihutan/mistar)

news_banner

Samosir, MISTAR.ID

Permukaan air Danau Sidihoni yang terletak di Desa Sabungan Nihuta, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, mengalami penurunan drastis dalam beberapa pekan terakhir. Fenomena ini diduga kuat akibat kemarau panjang yang melanda kawasan Pulau Samosir sejak tiga bulan terakhir.

Camat Ronggur Nihuta, Bresman Simbolon, menjelaskan bahwa penyebab utama menyusutnya volume air danau adalah minimnya curah hujan dalam kurun waktu yang cukup lama.

“Menurunnya permukaan air Danau Sidihoni terjadi karena hujan tak turun secara merata selama hampir tiga bulan terakhir. Ini berdampak pada mengeringnya sumber-sumber air yang selama ini mengisi danau,” ujar Bresman saat dikonfirmasi, Selasa (22/7/2025).

Kondisi menyusutnya danau ini berdampak signifikan terhadap ketersediaan air bersih bagi warga sekitar. Banyak sumur warga mulai mengering, dan beberapa keluarga kini mengalami kesulitan dalam mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari.

“Ada beberapa warga yang mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur-sumur warga juga mulai mengering,” jelasnya.

Pemerintah Kecamatan Ronggur Nihuta telah bergerak cepat dengan menyurati Dinas Sosial dan BPBD Kabupaten Samosir guna meminta penyaluran air bersih bagi warga terdampak.

“Kami sudah kirim surat resmi ke instansi terkait agar ada distribusi air bersih ke daerah terdampak, khususnya Desa Sabungan Nihuta,” ujarnya.

Bresman juga mengimbau masyarakat agar menghemat penggunaan air dan menjaga lingkungan sekitar danau agar tidak memperparah situasi yang ada.

“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Masyarakat harus turut aktif menjaga ekosistem danau dan tidak membuang limbah ke perairan,” tambahnya.

Surutnya Danau Sidihoni bukan hanya berdampak pada kebutuhan domestik, tetapi juga pada ekologi dan pariwisata. Menurut Camat, habitat ikan dan tumbuhan air terganggu, dan para petani ikan mulai mengeluh karena hasil tangkapan menurun.

“Beberapa petani ikan tradisional sudah mulai mengeluhkan hasil tangkapan yang menurun drastis,” sebutnya.

Selain itu, sektor wisata pun ikut terdampak. Danau Sidihoni yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan karena keunikan dan keindahannya kini mulai kehilangan pesona akibat kondisi air yang menyusut.

“Kami sudah menerima keluhan dari pelaku wisata lokal karena wisatawan mulai berkurang,” kata Bresman.

Sebagai antisipasi lanjutan, kecamatan bersama desa telah membentuk tim pemantau harian untuk terus memonitor kondisi danau dan dampaknya terhadap masyarakat.

“Kami pantau terus kondisi di lapangan. Jika situasi memburuk, kami akan usulkan status tanggap darurat kekeringan ke kabupaten,” ungkapnya.

Data dari BMKG menyebutkan bahwa kemarau di wilayah Danau Toba, termasuk Samosir, diperkirakan akan berlangsung hingga akhir Agustus 2025. Dengan prediksi ini, Camat mengajak seluruh warga agar lebih bijak dalam penggunaan air serta menjaga kelestarian sumber daya alam.

“Danau ini bukan hanya sumber air, tapi juga bagian dari identitas budaya dan pariwisata kita. Mari kita rawat bersama,” tutup Bresman.

Sebagai informasi, Danau Sidihoni dikenal sebagai danau unik karena terletak di tengah Pulau Samosir dan berada di dalam kawasan Danau Toba dikenal sebagai "danau di atas danau". Pemerintah desa mencatat bahwa kondisi penurunan air tahun ini merupakan yang terparah dalam lima tahun terakhir.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir dijadwalkan akan segera turun ke lokasi untuk melakukan kajian lanjutan terhadap dampak lingkungan dan ekosistem Danau Sidihoni. (Pangihutan Sinaga/hm17)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN