Permukaan Danau Sidihoni Menyusut Drastis, Warga Samosir Khawatir Dampaknya

Danau Sidihoni di Desa Sabungan Nihuta, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir. (foto:pangihutan/mistar)
Samosir, MISTAR.ID
Musim kemarau panjang yang melanda Kabupaten Samosir selama tiga bulan terakhir menyebabkan penurunan permukaan air Danau Sidihoni di Kecamatan Ronggur Nihuta lebih dari satu meter. Fenomena ini memicu kekhawatiran warga terhadap dampak ekologis dan sosial yang lebih luas.
Danau Sidihoni, yang dikenal sebagai danau kecil di atas Danau Toba, berada di Desa Sabungan Nihuta. Keunikan danau ini menjadikannya simbol spiritual sekaligus destinasi wisata alam yang memiliki nilai budaya dan ekologis tinggi.
Penurunan Air Terparah dalam Beberapa Tahun Terakhir
Seorang warga setempat, Jetro Sitanggang, menjelaskan bahwa penurunan air kali ini merupakan yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir.
“Sudah tiga bulan tidak turun hujan. Permukaan air danau turun lebih dari satu meter. Ini yang terparah selama saya tinggal di sini,” ujar Jetro, Minggu (20/7/2025).
Ia menambahkan, walau sebelumnya pernah terjadi kemarau, air danau tidak pernah menyusut sedalam ini. Dampak mulai dirasakan oleh petani dan nelayan kecil di sekitar danau.
Danau dengan Nilai Mistis dan Potensi Wisata yang Terlupakan
Danau Sidihoni dikenal masyarakat sekitar memiliki makna spiritual. Perubahan warna airnya diyakini sebagai pertanda akan terjadinya peristiwa penting, baik buruk maupun baik.
“Kalau airnya tiba-tiba berubah warna, biasanya tak lama kemudian ada kejadian besar. Itu sudah jadi kepercayaan turun-temurun di sini,” kata Jetro.
Sayangnya, potensi wisata Danau Sidihoni belum dioptimalkan. Minimnya infrastruktur seperti jalan memadai, dermaga, pusat informasi, dan penginapan membuat destinasi ini kurang berkembang. Padahal, wisatawan lokal maupun mancanegara masih sesekali berkunjung.
Warga Terancam Krisis Air dan Dampak Sosial Ekonomi
Penurunan permukaan air juga menimbulkan kekhawatiran akan kelangkaan air bersih. Sebagian warga masih mengandalkan air danau untuk kebutuhan harian. Lahan pertanian mulai mengering, dan hasil perikanan menurun.
“Situasi ini tidak hanya berdampak pada ekosistem dan pariwisata, tapi juga langsung terasa dalam kehidupan sehari-hari warga,” ucap Jetro.
Harapan pada Pemerintah
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Samosir segera mengambil langkah konkret. Mulai dari penyediaan air bersih, edukasi mitigasi kekeringan, hingga upaya konservasi dan pengembangan wisata danau secara berkelanjutan.
Danau Sidihoni tidak hanya penting sebagai ekosistem alami, tetapi juga sebagai identitas budaya masyarakat Ronggur Nihuta. Keberadaannya harus dijaga agar tidak hanya dikenang karena keunikannya, melainkan juga karena peran besarnya dalam menunjang ekonomi dan budaya lokal.
Danau Sidihoni adalah aset alam dan budaya yang memerlukan perhatian lintas sektor. Jangan sampai degradasi lingkungan menghilangkan potensi besar yang dimilikinya. (pangihutan/hm27)
PREVIOUS ARTICLE
Angin Kencang di Binjai Tumbangkan Pohon Besar di Dua Lokasi