IDI Sumut Dukung Satgas Percepatan Dokter, Soroti Pemerataan dan Kesejahteraan

Ketua IDI Sumut, Dr dr Ery Suhaymi SH MH MKed(Surg) SpB Finacs Fics. (foto:berry/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Menanggapi minimnya jumlah dokter di Indonesia, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan pembentukan Satgas Percepatan Pemenuhan Kebutuhan Dokter.
Targetnya adalah mencetak 60.000 dokter umum dan 4.500 dokter spesialis hingga tahun 2029.
Merespons hal ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumatera Utara, dr. Ery Suhaymi, SH, MH, M.Ked(Surg), Sp.B, FINACS, FICS, menilai bahwa target ambisius tersebut perlu didukung dengan perluasan sumber daya pendidikan kedokteran, khususnya dalam hal pendirian Fakultas Kedokteran (FK) dan program spesialisasi.
"Regulasi pendirian FK dan program studi spesialis kini menjadi kewenangan pemerintah. Jika kuota penerimaan mahasiswa kedokteran diperbanyak, maka produksi dokter tentu akan meningkat," ujarnya kepada Mistar, Selasa (22/7/2025).
Pemerataan dan Kesejahteraan Jadi Kunci
Ery menilai bahwa pembentukan Satgas Percepatan ini merupakan langkah penting untuk memperbaiki rasio tenaga medis dengan jumlah penduduk, terutama di wilayah yang masih kekurangan dokter.
Namun, menurutnya, pemerataan distribusi dan jaminan kesejahteraan dokter juga menjadi aspek krusial agar jumlah dokter tidak hanya terkonsentrasi di kota besar.
“Banyak kabupaten dan kota tidak bisa menjamin kesejahteraan dokter. Akibatnya, tenaga medis enggan ditempatkan di wilayah tersebut. Pemerataan dokter akan berjalan seiring dengan jaminan kesejahteraan,” tuturnya.
Baca Juga: Terpilih secara Aklamasi Sebagai Ketua IDI Sumut Periode 2025-2028, ini Target dr Ery Suhaymi
Rasio Dokter Masih Jauh dari Standar WHO
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) itu juga menyampaikan bahwa rasio ideal menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 1 dokter untuk setiap 1.000 penduduk.
“Di Sumut saat ini rasio dokter masih sekitar 1:1.500. Artinya, jumlah tenaga medis kita masih belum mencukupi untuk melayani seluruh masyarakat secara optimal,” katanya. (berry/hm27)