Yerusalem, MISTAR.ID

Militer Israel disebut telah menghabiskan anggaran hingga US$42 miliar (sekitar Rp682 triliun) sejak dimulainya agresi ke Jalur Gaza. Rata-rata, biaya yang dikeluarkan mencapai sekitar US$83,8 juta atau Rp1,3 triliun per hari.

Informasi ini dilaporkan oleh surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, mengutip data dari Gil Pinchas, Penasihat Ekonomi Kepala Staf Angkatan Darat Israel sekaligus Kepala Departemen Anggaran di Kementerian Pertahanan.

Menurut laporan tersebut, beban anggaran terbesar berasal dari pengeluaran untuk gaji tentara cadangan, yang mencapai hampir 45 miliar shekel (sekitar Rp203 triliun). Biaya besar lainnya terjadi saat Israel mempertahankan wilayah udaranya dari serangan rudal Iran, di mana hanya dalam satu malam, operasi pertahanan tersebut menelan dana sekitar 1 miliar shekel (Rp4,5 triliun).

Serangan besar-besaran dari Iran terjadi pada Oktober 2024, saat sekitar 180 rudal balistik diluncurkan ke wilayah Israel. Teheran menyatakan serangan itu sebagai balasan atas pembunuhan sejumlah tokoh milisi Hizbullah dan Hamas oleh Israel.

Agresi militer Israel ke Jalur Gaza, yang dimulai sejak Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 11.000 orang dilaporkan hilang, dengan infrastruktur yang hancur parah, menjadikan konflik ini salah satu bencana kemanusiaan terburuk abad ini.

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, Israel juga sedang menghadapi proses di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida yang dilakukan selama operasi militernya di wilayah tersebut. (mtr/hm24)