Monday, September 15, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

AS–China Bahas TikTok, Tarif, dan Perang Dagang dalam Pertemuan di Madrid

journalist-avatar-top
Senin, 15 September 2025 20.09
aschina_bahas_tiktok_tarif_dan_perang_dagang_dalam_pertemuan_di_madrid

Ilustrasi TikTok. (foto:pinserpcom/mistar)

news_banner

Madrid, MISTAR.ID

Amerika Serikat (AS) dan China kembali menggelar pertemuan tingkat tinggi di ibu kota Spanyol, Madrid, Minggu (14/9/2025).

Pertemuan itu dipimpin Menteri Keuangan AS, Scott Bessent bersama Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, membahas tarif, masa depan TikTok, hingga ketegangan ekonomi kedua negara.

Menurut laporan Indian Express, pertemuan resmi berakhir sore hari, namun tim teknis dari kedua pihak masih berlanjut hingga malam. Agenda pembahasan akan kembali dilanjutkan Senin (15/9/2025).

Madrid menjadi lokasi pertemuan keempat dalam empat bulan terakhir, setelah sebelumnya digelar di Jenewa, London, dan Stockholm. Dalam pertemuan Juli lalu di Swedia, AS dan China sepakat memperpanjang gencatan dagang 90 hari, menurunkan tarif balasan, serta membuka kembali ekspor rare earth elements (REE) China ke Negeri Paman Sam.

Presiden Donald Trump telah memperpanjang tarif impor atas barang China sebesar 55 persen hingga 10 November. Ia juga mendorong sekutu Barat menjatuhkan tarif pada minyak Rusia.

Namun, isu yang paling panas kali ini adalah masa depan aplikasi TikTok. Pemerintah AS mewajibkan ByteDance, pemilik TikTok asal China, untuk menjual operasinya di Amerika sebelum 17 September 2025 atau menghadapi larangan penuh. Meski begitu, sumber yang dekat dengan negosiasi menyebut tenggat kemungkinan besar akan diperpanjang untuk keempat kalinya.

“Negosiasi masih berjalan, TikTok bisa mati, bisa tidak. Itu tergantung Beijing,” kata Trump dikutip Reuters, Senin (15/9/2025).

Kebuntuan Divestasi TikTok

Sejumlah sumber menyebut kebuntuan teknis menjadi alasan utama belum tercapainya kesepakatan. Beijing menolak melepas algoritma inti TikTok, yang menjadi “jantung” aplikasi tersebut. Hal ini membuat rencana pemisahan operasi TikTok di AS terhambat, meski ada calon pembeli dari perusahaan Amerika.

TikTok kini memiliki sekitar 170 juta pengguna aktif bulanan di AS dengan rata-rata penggunaan 52 menit per hari. Nilai pasar iklannya mencapai miliaran dolar, menjadikannya salah satu platform media sosial terbesar bagi generasi muda Amerika.

Analis menilai perpanjangan tenggat TikTok lebih bermuatan politik. Trump dinilai sengaja menunda keputusan besar agar ruang negosiasi dengan China tetap terbuka.

Wendy Cutler, mantan negosiator perdagangan AS, memperkirakan hasil substansial baru akan muncul pada pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir tahun ini, kemungkinan dalam KTT APEC di Seoul.

Pertemuan itu diprediksi akan menjadi ajang penentu bagi isu TikTok, tarif, hingga pembatasan ekspor pertanian seperti kedelai. Namun untuk tuntutan mendasar AS agar China mengurangi ekspor bersubsidi dan lebih bertumpu pada konsumsi domestik, diperkirakan membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Dengan waktu yang semakin dekat, ketidakpastian nasib TikTok masih membayangi 170 juta pengguna di AS. Kongres menekan pemerintah agar menegakkan larangan demi alasan keamanan nasional, sementara Trump tampak ingin menjaga aplikasi populer itu sebagai kartu negosiasi.

Industri teknologi global kini menanti langkah selanjutnya apakah TikTok akan dilarang, dijual, atau justru bertahan lewat kompromi politik. (**/hm16)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN