Saham Global Menguat Jelang Potensi Penurunan Suku Bunga AS, Emas Mendekati Rekor Tertinggi

Ilustrasi, Saham Global Menguat Jelang Potensi Penurunan Suku Bunga AS, Emas Mendekati Rekor Tertinggi. (foto:sahabatpegadaian/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Saham global berada di jalur untuk mencatat kenaikan mingguan pada hari Jumat (12/09), didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman secara global, memberikan dukungan bagi pasar obligasi, serta menekan kekuatan dolar AS.
Pasar saham Eropa tercatat melemah 0,2% pada awal perdagangan. Sementara itu, indeks Nasdaq dan S&P 500 berjangka turun tipis masing-masing sebesar 0,1% hingga 0,2%, setelah mencetak rekor baru pada perdagangan sebelumnya. Meski begitu, indeks MSCI All Country World Index masih berada di jalur penguatan mingguan sebesar 1,7%.
Sementara itu, harga emas terus menunjukkan kekuatan dengan mencatatkan kenaikan mingguan keempat berturut-turut. Logam mulia ini diperdagangkan mendekati level rekor, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian ekonomi global.
Pasar Asia dan Saham China Menguat
Pasar saham Asia sebelumnya mencatat penguatan yang solid, terutama di China, yang sahamnya melonjak ke level tertinggi dalam 3,5 tahun. Lonjakan ini dipicu ekspektasi kuat terhadap pertumbuhan pendapatan dari sektor yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI).
Fokus Pasar: Data Ekonomi AS dan Ekspektasi The Fed
Laporan inflasi konsumen AS menjadi salah satu penentu penting bagi keputusan suku bunga The Fed dalam pertemuan minggu depan. Meskipun laporan tersebut menunjukkan kenaikan harga, fokus pasar kini bergeser pada data ketenagakerjaan yang lemah pekan lalu.
“Bahkan jika data ketenagakerjaan menunjukkan pelemahan, pasar lebih menyoroti potensi dorongan dari kebijakan Fed untuk mendorong pertumbuhan di masa mendatang,” ujar Amelie Derambure, Senior Portfolio Manager Multi-Asset di Amundi, dikutip dari Reuters pada Jumat (12/9/2025).
Veronica Clark, ekonom dari Citi, menyatakan bahwa pihaknya masih memperkirakan adanya penurunan suku bunga sebesar 125 basis poin dalam lima pertemuan Fed berikutnya.
Pasar berjangka saat ini mencerminkan peluang 93% terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,00%–4,25% pada minggu depan, dengan peluang 7% untuk pemotongan sebesar 50 basis poin.
Pergerakan Dolar dan Obligasi
Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 4,043%, setelah sebelumnya sempat turun di bawah 4% untuk pertama kalinya sejak April.
Indeks dolar AS — yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama — naik 0,2% menjadi 97,757. Dolar AS juga menguat terhadap yen Jepang, naik 0,5% ke posisi 147,89. Pernyataan bersama dari menteri keuangan Jepang dan AS menegaskan bahwa tidak ada negara yang secara aktif menargetkan nilai tukar sebagai bagian dari kebijakan mereka.
Sementara itu, euro melemah 0,1% menjadi $1,1717, meskipun sempat menguat setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga dan menyatakan bahwa kebijakan saat ini sudah berada di "tempat yang baik".
“Pernyataan ini menunjukkan bahwa ECB tidak terburu-buru melonggarkan kebijakan kecuali terjadi guncangan besar pada pertumbuhan ekonomi,” kata Greg Fuzisi, ekonom di JPMorgan.
ECB kemungkinan besar akan meninjau ulang kebijakan pada pertemuan bulan Desember, yang disebut sebagai waktu paling realistis untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Ekonomi Inggris dan Pergerakan Sterling
Ekonomi Inggris mencatat pertumbuhan nol pada Juli, sesuai dengan ekspektasi. Namun, penurunan tajam pada output pabrik memberi tekanan pada mata uang pound sterling, yang turun 0,3% ke level $1,3536.
Komoditas: Emas Kuat, Minyak Melemah
Harga emas naik 0,3% menjadi $3.644 per ounce, hanya sedikit di bawah rekor $3.673,95 yang tercapai awal pekan ini.
Sebaliknya, harga minyak melemah setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan surplus pasokan minyak yang lebih besar pada tahun depan, seiring OPEC tetap mempertahankan output tinggi.
Harga minyak Brent (LCOc1) tercatat stabil di level $66,38 per barel, sementara minyak mentah WTI AS turun 0,1% menjadi $62,31 per barel. (*)
BERITA TERPOPULER









