Badai Melissa Jadi Kategori 5, Ancam Jamaika dan Kuba dengan Banjir Besar

Ilustrasi badai. (foto:pixabay/dertobisturmjagd/mistar)
Karibia Utara, MISTAR.ID
Badai Melissa yang telah menguat menjadi badai kategori 5, kini mendekati wilayah Karibia Utara.
Pusat Badai Nasional Amerika Serikat (NHC) mengeluarkan peringatan keras pada Senin (27/10/2025) terkait potensi banjir bandang katastropik dan tanah longsor besar di beberapa negara, termasuk Jamaika, Kuba, serta Hispaniola pulau yang dibagi antara Haiti dan Republik Dominika.
Ancaman utama dari Badai Melissa bukan hanya kecepatan anginnya yang sangat tinggi, tetapi juga volume curah hujan ekstrim serta pergerakannya yang relatif lambat. Beberapa wilayah diperkirakan menerima curah hujan hingga 1 meter (40 inci), angka yang sangat jarang terjadi di kawasan tersebut.
Kondisi ini semakin berbahaya karena karakteristik geografis wilayah terdampak. Menurut Kantor Kesiapsiagaan Bencana dan Manajemen Darurat Jamaika, tanah longsor merupakan bencana alam paling umum di negara tersebut. Struktur geologi dan topografi yang bergunung-gunung membuat wilayah ini sangat rentan.
Hispaniola dan Kuba juga menghadapi risiko serupa karena berada di zona seismik aktif dengan lereng curam yang mudah longsor ketika diguyur hujan deras dalam waktu lama.
Profesor ilmu atmosfer dari University at Albany, Brian Tang, menyebut risiko tanah longsor akibat Badai Melissa sangat mengkhawatirkan.
“Pergerakan Melissa yang lambat, jalur melintasi daerah pegunungan, serta curah hujan ekstrim hingga 40 inci di beberapa lokasi menjadi kombinasi yang berbahaya,” ujarnya kepada The Associated Press.
Tanah longsor disebut sebagai salah satu penyebab utama korban jiwa akibat bencana alam. Di Amerika Serikat, fenomena ini rata-rata menyebabkan 25 hingga 50 kematian per tahun, sementara secara global mencapai ribuan jiwa.
Pejabat setempat di Jamaika dan Republik Dominika telah meminta warga yang tinggal di dataran rendah serta daerah rawan banjir untuk segera mengungsi. Di Republik Dominika, hujan lebat telah merusak puluhan sistem pasokan air, memutus akses bagi lebih dari 500 ribu pelanggan.
Badai Melissa telah menewaskan sedikitnya enam orang di wilayah Karibia Utara, termasuk di Haiti dan Republik Dominika. Para ahli meteorologi menyebut penguatan cepat badai ini terjadi akibat suhu permukaan laut di Atlantik yang sangat tinggi fenomena yang dipicu oleh perubahan iklim.
Menurut laporan CBC News, pada Sabtu (25/10/2025) pagi, Melissa masih berstatus badai tropis biasa dengan kecepatan angin 115 km/jam. Namun, dalam waktu kurang dari 24 jam, kecepatannya melonjak menjadi 225 km/jam. Senin (27/10/2025) pagi, NHC mencatat kecepatan angin mencapai 281 km/jam, menjadikan Melissa sebagai badai terkuat di dunia sejauh tahun 2025.
Ilmuwan riset dari Universitas Reading, Akshay Deoras, memperingatkan bahwa badai ini sangat berbahaya.
“Karena pergerakannya lambat, Melissa bisa menurunkan curah hujan besar selama berjam-jam, meningkatkan risiko banjir dan longsor parah,” ujarnya.
Ahli meteorologi dari Climate Central, Shel Winkley, menambahkan bahwa suhu laut di Karibia saat ini 500 hingga 700 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal akibat perubahan iklim. Analisis lembaganya memperkirakan perubahan iklim meningkatkan kecepatan angin maksimum Melissa sekitar 16 km/jam dan berpotensi menaikkan biaya kerusakan hingga 50 persen.
Empat dari lima badai di musim 2025 juga mengalami intensifikasi cepat yang ekstrem. Dengan kekuatan luar biasa serta pergerakan yang lambat, Badai Melissa kini menjadi simbol nyata dampak perubahan iklim di kawasan tropis, dan sekaligus peringatan bagi dunia bahwa ancaman cuaca ekstrim akan semakin sering terjadi di masa depan. (hm16)
BERITA TERPOPULER
























