Dampak Ekonomi Global Pasca Serangan Israel terhadap Hamas di Qatar

Ilustrasi, Dampak Ekonomi Global Pasca Serangan Israel terhadap Hamas di Qatar. (foto:ferry/google/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Serangan Israel terhadap kepemimpinan Hamas di Qatar tidak hanya mengguncang stabilitas politik kawasan, tetapi juga menimbulkan dampak berlapis bagi perekonomian global.
Dampaknya mulai dari gejolak harga komoditas energi dan emas, ketidakpastian kebijakan perdagangan internasional, hingga risiko inflasi dan krisis pangan, seluruh elemen ini menandai betapa eratnya hubungan antara geopolitik dan ekonomi dunia.
Gejolak Sementara pada Harga Komoditas: Minyak dan Logam Mulia
Harga minyak mentah sempat melonjak hampir 2% usai serangan, namun kemudian mereda. Pada Rabu pagi, minyak mentah Brent diperdagangkan di US$66,74 per barel (+0,53%) dan WTI di US$62,99 per barel (+0,57%).
Sementara itu, emas justru menembus rekor tertinggi, didorong sentimen geopolitik yang membuat investor beralih ke aset aman (safe-haven).
Meski ada lonjakan, pasar menunjukkan respons terbatas akibat lemahnya fundamental: permintaan yang melambat, kelebihan pasokan, serta kebijakan OPEC+ yang meningkatkan produksi.
Risiko Geopolitik vs Stabilitas Pasokan
Serangan Israel memunculkan kekhawatiran bahwa Qatar—selama ini dianggap mediator penting di Timur Tengah—akan kehilangan peran strategisnya. Jika kondisi berlarut, ketegangan regional bisa semakin membebani pasar energi.
Namun, hingga kini infrastruktur minyak global belum terganggu, menandakan bahwa pasokan masih relatif stabil meskipun tensi geopolitik meningkat.
Peluang dan Tantangan Kebijakan Ekonomi
Presiden AS Donald Trump mendorong Uni Eropa mengenakan tarif 100% pada pembeli minyak Rusia seperti China dan India.
Jika terealisasi, kebijakan ini berpotensi memperketat pasokan global—sentimen bullish bagi harga minyak—namun di sisi lain berisiko memicu inflasi dan perang dagang baru.
Menurut analisis Bank Dunia, jika konflik eskalatif, harga minyak bisa melesat 35–75%, yang pada gilirannya akan menaikkan harga pangan dan memperburuk krisis ketahanan pangan global.
Peran Federal Reserve dan Ekspektasi Ekonomi Global
Pasar saat ini menunggu keputusan Federal Reserve yang diprediksi memangkas suku bunga pada pekan depan. Pemangkasan suku bunga bisa meningkatkan konsumsi dan permintaan energi.
Namun, faktor fundamental—kelebihan pasokan minyak dan tekanan inflasi—masih menjadi penghalang pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.
Dampak Berlapis di Zona Ekonomi Lain
Eropa menghadapi risiko kenaikan biaya energi dan gangguan perdagangan. Goldman Sachs menilai kawasan ini paling rentan karena ketergantungan tinggi pada impor energi.
Negara berkembang bisa menghadapi dampak lebih berat. Lonjakan harga energi dan pangan akan menekan daya beli masyarakat, memperburuk kemiskinan, dan mengguncang stabilitas ekonomi domestik.
Kesimpulan
Serangan Israel di Qatar menambah lapisan ketidakpastian geopolitik global. Meski memicu lonjakan harga minyak dan emas, dampak jangka panjang sangat bergantung pada arah kebijakan perdagangan internasional dan langkah bank sentral utama dunia.
Apabila konflik melebar, risiko inflasi pangan, kenaikan biaya energi, dan krisis ketahanan global bisa membawa perekonomian dunia memasuki fase ketidakstabilan baru. (berbagaisumber/*)
PREVIOUS ARTICLE
Harga Antam dan Galeri24 Kompak Naik di Pegadaian