Mahasiswa UDA Dobrak Gerbang Kampus, Protes Penutupan Akibat Konflik Dualisme Yayasan

situasi kampus setelah gerbang terbuka karena didobrak (foto: susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Suasana di Universitas Darma Agung (UDA) Medan memanas pada Senin (6/10/2025) pagi, setelah mahasiswa mendobrak gerbang kampus akibat tertahan di luar selama hampir tiga jam, mulai pukul 08.00 hingga 10.00 WIB.
Aksi spontan ini dipicu oleh penutupan jalur utama kampus tanpa alasan jelas dari pihak keamanan. Mahasiswa menduga tindakan tersebut merupakan dampak dari konflik dualisme yayasan yang belum terselesaikan.
Jeremi, mahasiswa Ilmu Pemerintahan, mengatakan kericuhan bermula saat gerbang utama tidak kunjung dibuka.
“Mereka nggak kasih alasan sih. Yang penting mereka tanyakan tadi kartu mahasiswa, mereka kira kami ini buzzer,” ujarnya kepada Mistar.
Akibat penutupan itu, aktivitas perkuliahan terganggu. Meski mahasiswa akhirnya diizinkan masuk lewat gerbang alternatif, sejumlah dosen justru tidak diperbolehkan masuk area kampus.
Baca Juga: Ditutup, Dosen-Pegawai dan Mahasiswa Universitas Darma Agung Tak Bisa Masuk Kampus Sendiri
“Diizinkan masuk mahasiswa, tapi untuk apa mahasiswa diizinkan masuk kalau dosennya nggak diizinkan masuk?” ujar Jeremi kesal.
“Kami sudah di ruangan, tapi dosennya siapa yang ngajar? Kalau dosen nggak masuk, ya kami juga nggak masuk. Buang waktu saja,” tambahnya.
Sici, mahasiswa Ilmu Komunikasi, menuturkan bahwa satpam hanya menyebut mendapat perintah dari atasan yang tidak diketahui identitasnya.
“Persoalannya, pintu yang selama ini tidak pernah ditutup, kenapa tiba-tiba ditutup? Dan yang jarang dibuka malah dibuka,” katanya heran.
Mahasiswa mengaku telah meminta surat resmi yang menjadi dasar penutupan gerbang, namun setelah menunggu sekitar tiga jam tanpa kejelasan, mereka akhirnya mendobrak gerbang utama kampus.
Jeremi menyebutkan, ada indikasi penyaringan dosen dari dua kubu yayasan berbeda sebagai alasan tersembunyi di balik tindakan tersebut.
Jangan Jadikan Mahasiswa Korban
Mahasiswa merasa menjadi korban konflik internal yayasan.
“Saya pribadi kecewa. Kalau memang masalahnya antar yayasan, kenapa mahasiswa yang jadi korbannya?” ujar Sici.
Ia juga menuntut transparansi langsung dari pimpinan universitas, bukan dari pihak keamanan.
“Kami ingin pimpinan langsung menemui mahasiswa. Jangan sekuriti yang disuruh maju. Kami nggak mau mereka dijadikan kambing hitam,” tegasnya.
Mahasiswa yang juga bekerja merasa sangat dirugikan oleh situasi ini.
“Gak mungkin hanya gara-gara perkara ini, kami terhalang dari pekerjaan dan kuliah,” keluh Biara, mahasiswa Ilmu Pemerintahan.
Ketua BEM FISIP UDA, Berkat Waruwu, turut menyampaikan kekecewaannya.
“Masalah dualisme yayasan biarlah urusan mereka. Jangan sampai mengganggu mahasiswa dan aktivitas perkuliahan,” ujarnya.
Berkat juga menilai konflik ini dapat merusak citra Universitas Darma Agung di mata publik.
“Kalau terus begini, bagaimana mahasiswa mau semangat belajar? Orang luar pun jadi takut masuk Darma Agung,” katanya.
Sementara itu, anggota BEM FISIP UDA, Hendra, menegaskan agar mahasiswa tidak dilibatkan dalam konflik internal kampus.
“Ketika kewajiban mahasiswa sudah terpenuhi, maka haknya juga harus diberikan. Jangan ikutsertakan mahasiswa dalam urusan yayasan,” tegasnya.