Saturday, July 26, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Thailand dan Kamboja Terlibat Konflik Bersenjata: Serangan Udara hingga Roket Tewaskan Warga Sipil

journalist-avatar-top
Jumat, 25 Juli 2025 00.30
thailand_dan_kamboja_terlibat_konflik_bersenjata_serangan_udara_hingga_roket_tewaskan_warga_sipil

Ilustrasi, Thailand dan Kamboja Terlibat Konflik Bersenjata: Serangan Udara hingga Roket Tewaskan Warga Sipil. (foto:ai/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Konflik bersenjata pecah di perbatasan Thailand-Kamboja pada Kamis (22/7/2025), menewaskan sedikitnya 12 warga sipil dan melukai lebih dari 30 orang lainnya. Serangan udara jet tempur F-16 milik Thailand dibalas tembakan roket BM-21 dari Kamboja yang menghantam permukiman penduduk.

Sebanyak 40.000 warga dari 86 desa di wilayah perbatasan dievakuasi, menjadikan insiden ini salah satu bentrokan paling serius dalam satu dekade terakhir.

Kronologi Bentrokan: Dua Versi yang Berseberangan

Versi Thailand

- 07.30 WIB: Drone militer Kamboja terdeteksi di wilayah sengketa dekat Kuil Ta Muen Thom.

- 08.20 WIB: Enam tentara Kamboja menembakkan RPG terlebih dahulu. Thailand merespons dengan menerbangkan enam jet F-16 dari Ubon Ratchathani dan mengklaim berhasil menghancurkan dua komando militer Kamboja.

- Roket Kamboja kemudian menghantam Distrik Kap Choeng, Provinsi Surin, melukai warga sipil, termasuk anak berusia lima tahun.

Versi Kamboja

- 06.30 WIB: Thailand disebut lebih dahulu meluncurkan serangan udara untuk menduduki wilayah Kamboja.

- 08.46 WIB: Kamboja mengklaim membalas tembakan sebagai bagian dari hak mempertahankan diri menurut hukum internasional.

- Kamboja juga menuduh Thailand melanggar kesepakatan perbatasan dengan memasang kawat berduri di sekitar area cagar budaya dan menjatuhkan bom di dekat Kuil Preah Vihear—situs warisan dunia UNESCO.

Akar Konflik: Warisan Kolonial dan Gejolak Politik

Sengketa perbatasan sepanjang 817 km antara Thailand dan Kamboja merupakan warisan masa kolonialisme Prancis yang belum sepenuhnya terselesaikan. Beberapa titik yang menjadi sumber ketegangan adalah Kuil Preah Vihear dan Ta Moan Thom.

Ketegangan meningkat sejak 23 Juli 2025, setelah ledakan ranjau darat melukai seorang tentara Thailand. Pemerintah Thailand menuduh Kamboja menanam ranjau baru, sementara pihak Kamboja menyebutnya sebagai sisa konflik masa lalu.

Situasi semakin memanas ketika rekaman percakapan Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, dengan mantan PM Kamboja Hun Sen bocor ke publik.

Dalam rekaman itu, Paetongtarn menyebut Hun Sen sebagai “paman”, yang memicu kontroversi dan berujung pada penangguhan jabatannya.

Hubungan diplomatik kedua negara pun memburuk: Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh, disusul pengusiran duta besar Kamboja dari Bangkok.

Dampak Langsung: Kemanusiaan, Ekonomi, dan Infrastruktur

- Warga sipil mengungsi ke tempat perlindungan darurat yang dibentengi karung pasir.

- Serangan roket Kamboja menghancurkan SPBU di Sisaket, menewaskan enam warga.

- Seluruh pos lintas batas ditutup, menyebabkan aktivitas perdagangan terhenti.

- Pendapatan pedagang lintas negara di wilayah Aranyaprathet dan Sa Kaeo turun hingga 70%.

- Kamboja juga memboikot produk Thailand, termasuk buah, sabun, siaran media, serta membatasi pasokan listrik dan bahan bakar yang sebelumnya diimpor dari Thailand.

Respons Internasional dan Kegagalan ASEAN

Kamboja mengecam Thailand atas serangan udara yang disebutnya sebagai “agresi militer brutal” yang melanggar Piagam PBB dan norma ASEAN. Di sisi lain, Thailand menyebut serangan roket ke rumah sakit di Surin sebagai kejahatan perang.

ASEAN, yang selama ini dikenal sebagai kawasan damai, gagal menunjukkan peran signifikan dalam meredakan konflik ini. PM Sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, menyatakan, “Kami akan mempertahankan kedaulatan sesuai hukum internasional.”

Prospek Perdamaian: Jalan Panjang dan Terjal

Konflik ini merupakan bentrokan terparah sejak 2011 yang menewaskan lebih dari 20 orang. Beberapa faktor yang menjadi penghalang penyelesaian damai antara lain:

- Tekanan politik domestik, terutama bagi pemerintah Thailand yang tidak ingin dianggap lemah.

- Ketidakpercayaan historis antara kedua negara.

- Simbol nasionalisme, karena situs-situs perbatasan dianggap suci dan strategis.

Mantan PM Kamboja, Hun Sen, bahkan menegaskan melalui akun Facebook-nya bahwa negaranya “siap mempertahankan kedaulatan dengan segala cara”.

Ancaman Serius bagi Stabilitas Kawasan

Konflik antara Thailand dan Kamboja tidak sekadar pertikaian bilateral. Ketegangan ini membawa dampak yang mengancam:

- Stabilitas kawasan Asia Tenggara

- Rantai pasok dan perdagangan lintas negara

- Kredibilitas hukum internasional dan mekanisme perdamaian ASEAN

Hingga kini, belum ada tanda-tanda deeskalasi. Kedua negara terus memperkuat kehadiran militer di enam titik panas perbatasan, menjadikan potensi konflik berkepanjangan semakin besar.

Artikel ini disusun dengan bantuan teknologi AI dan berdasarkan laporan dari sejumlah media terpercaya, Jumat (25/7/2025). (*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN