Drama 41 Hari Shutdown AS: Senat Pecah, Pemerintah Akhirnya Dibuka Kembali

Ilustrasi, Shutdown AS. (foto:afp alex/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Setelah lebih dari 40 hari kebuntuan, pemerintahan Amerika Serikat akhirnya menemukan jalan keluar dari penutupan terpanjang dalam sejarahnya. Senin malam waktu Washington, Senat AS mengesahkan RUU pendanaan dengan hasil suara 60–40, menandai langkah penting menuju pembukaan kembali layanan publik yang sempat lumpuh.
Delapan senator dari kubu Demokrat memilih menyeberang dan bergabung dengan Republik dalam pemungutan suara tersebut — sebuah langkah berani yang mematahkan blokade partai mereka sendiri. Presiden Donald Trump segera menyatakan dukungan, membuka peluang agar pemerintah kembali beroperasi dalam beberapa hari ke depan.
Paket Kompromi yang Tak Sepenuhnya Menenangkan
RUU kompromi ini memperpanjang pendanaan pemerintah hingga 30 Januari 2026, termasuk tiga RUU tambahan yang mengatur pendanaan sektor pertanian, konstruksi militer, dan lembaga legislatif.
Paket itu juga menjamin pembayaran kembali (back pay) bagi pegawai federal yang dirumahkan serta melarang PHK massal lanjutan selama masa pendanaan berlaku.
Namun, isu yang paling diperjuangkan Partai Demokrat—yakni perpanjangan subsidi asuransi kesehatan (Affordable Care Act)—belum tercakup dalam kesepakatan. Sebagai gantinya, Senat hanya menjanjikan pemungutan suara lanjutan di akhir tahun, yang oleh banyak pihak dinilai sekadar penundaan politik.
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp9.000, Global Melemah Akibat Shutdown AS, Rupiah Tembus Rp16.575
Perpecahan di Tubuh Demokrat dan Dinamika Politik Baru
Keputusan delapan senator Demokrat mendukung RUU menuai reaksi keras dari partainya sendiri. Pemimpin Minoritas Senat, Chuck Schumer, menilai kompromi ini “tidak memberikan solusi nyata bagi krisis perawatan kesehatan.”
Langkah mereka dianggap sebagai bentuk pragmatisme politik—lebih memilih mengakhiri penderitaan rakyat akibat shutdown ketimbang mempertahankan garis ideologis partai.
Sementara itu, sebagian Republik konservatif, seperti Senator Rand Paul, juga menolak RUU tersebut karena keberatan pada pasal regulasi turunan tanaman hemp yang dinilai terlalu membatasi pasar.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meski Senat akhirnya sepakat, retakan politik di kedua kubu tetap dalam dan sulit dijembatani.
Dampak Nyata Shutdown terhadap Warga
Selama 41 hari shutdown, ratusan ribu pegawai federal kehilangan penghasilan dan jutaan warga menghadapi gangguan bantuan pangan serta penundaan layanan publik.
Bandara di beberapa kota besar mengalami kekacauan jadwal penerbangan, dan bantuan sosial seperti SNAP (kupon makanan) sempat terhenti.
RUU yang baru disahkan memastikan seluruh pegawai yang dirumahkan akan menerima gaji penuh secara retroaktif. Namun, bagi sebagian warga, rasa tidak pasti tetap membayangi, terutama mengenai masa depan subsidi asuransi kesehatan yang belum dijamin.
Baca Juga: Amerika Serikat Shutdown
Apakah Shutdown Benar-Benar Berakhir?
Meski RUU ini diharapkan segera disetujui DPR dan ditandatangani Presiden Trump, pertanyaan besar masih menggantung:
- Akankah pemungutan suara untuk memperpanjang subsidi ACA benar-benar terlaksana?
- Apakah kesepakatan ini menjadi fondasi stabilitas baru, atau sekadar jeda sebelum krisis berikutnya?
- Siapa yang akan mendapat keuntungan politik—Trump dan Partai Republik, atau Demokrat yang mencoba menunjukkan empati sosial?
Banyak analis menilai, shutdown kali ini meninggalkan luka politik dan sosial mendalam, serta menegaskan bahwa sistem pemerintahan AS masih rentan terhadap kebuntuan legislatif yang berlarut-larut. (berbagaisumber/ai/hm27)
PREVIOUS ARTICLE
Ledakan Mobil Dekat Red Fort New Delhi: 8 Tewas, Puluhan Luka, Polisi Kejar Motif di Balik Tragedi
























