Ekspor Udang RI ke AS Terancam Imbas Cs-137, Pemerintah Lobi FDA


Ilustrasi udang ekspor RI. (foto: KKP/Mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Pemerintah Indonesia tengah melakukan negosiasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) guna mencegah penolakan sejumlah kontainer udang Indonesia yang telah dikirim ke Negeri Paman Sam.
Hal ini menyusul diberlakukannya import alert oleh FDA, menyusul temuan paparan radioaktif cesium-137 (Cs-137) pada produk udang asal Indonesia.
Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satuan Tugas Penanganan Radiasi Cs-137, Bara Krishna Hasibuan, mengatakan saat ini Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) sedang melakukan negosiasi intensif dengan FDA.
“BKIPM yang dipimpin Bu Ishartini sedang berdiplomasi agar kontainer udang yang sudah berlayar sebelum notifikasi resmi dari FDA pada 3 Oktober 2025 bisa dikecualikan dari aturan sertifikasi,” ujar Bara dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, Senin (13/10/2025).
FDA menetapkan mulai 31 Oktober 2025, semua ekspor udang dan rempah dari Jawa dan Lampung ke AS harus disertai sertifikat bebas radioaktif dari Certifying Entity (CE) yang diakui FDA—terutama bagi eksportir yang masuk dalam yellow list.
Sementara itu, eksportir yang masuk red list wajib mengajukan petisi dan menjalani proses verifikasi serta sertifikasi tambahan oleh lembaga independen yang telah diakui FDA.
Namun, menurut Bara, banyak kontainer yang dikirim sebelum pengumuman kebijakan baru justru baru akan tiba di AS setelah 31 Oktober. Hal ini dinilai tidak adil jika aturan baru tersebut juga diterapkan pada kiriman lama.
“Ada kontainer yang baru tiba pada 3 atau 4 November, padahal sudah dikirim sebelum ada pemberitahuan dari FDA. Ini tidak sepatutnya dikenai kebijakan baru,” katanya.
Pemerintah melalui Satgas Cs-137 menegaskan komitmen untuk memastikan produk ekspor, khususnya udang, memenuhi standar keamanan dan kualitas internasional, termasuk bebas dari kontaminasi zat radioaktif.
“Kami terus menjamin mutu dan keamanan produk perikanan Indonesia agar tetap kompetitif dan diterima di pasar global,” tutur Bara. (hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Harga Singkong Anjlok, Petani di Simalungun Pilih Tunda Panen