Danau Segara Anak dan Gunung Barujari Terbentuk dari Letusan Dahsyat

Segara Anak dan Gunung Barujari. (Foto: Istimewa/Mistar)
Lombok, MISTAR.ID
Di punggung Pulau Lombok, berdiri Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut. Keindahan Rinjani tak hanya terletak di puncaknya. Danau Segara Anak adalah keindahan lain yang bisa dinikmati. Airnya berwarna biru kehijauan, dikelilingi tebing-tebing terjal.
Di tengah danau inilah muncul kerucut gunung api kecil bernama Gunung Barujari, sebuah fenomena alam yang tercipta dari letusan dahsyat.
Danau Segara Anak terbentuk akibat letusan dahsyat Gunung Samalas, yang diyakini sebagai bagian dari kompleks Gunung Rinjani, pada tahun 1257 Masehi. Letusan ini tercatat sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah dua milenium terakhir.
Material vulkanik yang dimuntahkan mencapai lapisan atmosfer tinggi, menyebar ke seluruh dunia, bahkan menurunkan suhu global selama beberapa tahun. Letusan Samalas menghancurkan sebagian besar puncak gunung, menciptakan sebuah kaldera raksasa dengan diameter sekitar enam hingga tujuh kilometer.
Kaldera inilah yang perlahan terisi air hujan selama bertahun-tahun, melahirkan Danau Segara Anak yang kini dikenal luas sebagai salah satu keajaiban alam Indonesia.
Danau memiliki luas sekitar sebelas kilometer persegi dengan kedalaman mencapai dua ratus meter. Suhunya relatif dingin, namun di beberapa titik terasa hangat akibat aktivitas geotermal. Air danau yang biru kehijauan sering kali terlihat berubah warna, terutama saat Gunung Barujari melepaskan material vulkanik ke perairannya.
Sedangkan Gunung Barujari biasa disebut sebagai “Anak Rinjani.” Gunung ini mulai terbentuk beberapa abad setelah letusan Samalas, akibat aktivitas vulkanik yang terus berlanjut di dasar kaldera.
Barujari adalah kerucut vulkanik parasitik, tumbuh setinggi sekitar 2.376 meter di atas permukaan laut, meski jika dihitung dari permukaan Segara Anak, ia hanya menjulang beberapa ratus meter. Meskipun kecil, Barujari tergolong sangat aktif. Letusan tercatat terjadi pada 1944, 1994, 2004, 2009, 2010, dan 2015-2016.
Letusan-letusan ini memuntahkan abu vulkanik, gas, bahkan lava yang kadang mengalir ke danau, mengubah warna air danau dan menciptakan pemandangan dramatis. Aktivitasnya yang masih tinggi membuat Gunung Barujari selalu diawasi ketat oleh pihak berwenang, mengingat potensi bahaya baik bagi pendaki maupun penerbangan di sekitar Pulau Lombok.
Meski berada di tengah Danau Segara Anak, Gunung Barujari tidak dibuka untuk pendakian umum. Selain karena aktivitas vulkaniknya yang berbahaya, jalur menuju puncak Barujari cukup sulit ditempuh.
Pendaki harus menyeberangi danau yang cukup dalam dan luas, atau melintasi jalur berbatu yang terjal di dasar kaldera. Taman Nasional Gunung Rinjani secara resmi melarang pendakian ke puncak Barujari, kecuali untuk keperluan penelitian dengan izin khusus.
Para pendaki hanya diperbolehkan menikmati keindahan Barujari dari tepi Segara Anak. []
PREVIOUS ARTICLE
Penataan Kawasan Wisata Pasir Putih Parbaba Mandek, Warga Kecewa Hanya Diberi Tong Sampah