Patroli TNI AL dan TLDM Malaysia Evakuasi Kapal Nelayan Mati Mesin di Selat Malaka

KRI Bubara mengevakuasi kapal nelayan yang mati mesin di Perairan Selat Malaka. (foto: dok Lanal Tanjungbalai Asahan/Mistar)
Asahan, MISTAR.ID
Patroli Terkoordinasi (Patkor) Malindo 169/25 yang digelar TNI Angkatan Laut (TNI AL) bersama Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) di Selat Malaka tidak hanya fokus menjaga keamanan laut, tetapi juga menunjukkan kepedulian kemanusiaan.
Dalam patroli yang berlangsung 10-24 September 2025 itu, KRI Bubara-868 yang dipimpin Komandan Lanal Tanjungbalai-Asahan, Letkol Laut (P) Agung Dwi berhasil mengevakuasi kapal nelayan KM Sehla asal Deli Serdang yang mengalami kerusakan mesin di Perairan Selat Malaka.
“Kapal yang membawa lima orang awak tersebut sebelumnya ditemukan oleh KD Mahamiru-11 milik TLDM, lalu diserahkan ke TNI AL untuk dilakukan penanganan lebih lanjut berhasil dievakuasi setelah terombang ambing di laut karena mati mesin,” kata Agung Dwi yang merupakan Danlanal Tanjungbalai Asahan sekaligus Komandan Satgas Patkor Malindo 169/25 dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (16/9/2025).
Letkol Laut (P) Agung Dwi mengatakan KRI Bubara segera memberikan bantuan logistik dan menarik kapal nelayan tersebut menuju Belawan.
“Seluruh awak KM Sehla berhasil dievakuasi dengan selamat. Ini menjadi wujud nyata sinergi Indonesia–Malaysia dalam menjaga keselamatan pelaut di Selat Malaka,” ujarnya.
Sebelumnya, Patkor Malindo 169/25 sendiri melibatkan empat unsur utama, yakni KRI Bubara-868 dan KRI Torani-860 dari TNI AL serta KD Laks M Amin-136 dan KD Mahamiru-11 dari TLDM. Kegiatan ini resmi dilepas Danguskamla I, Kolonel Laut (P) Dedi Komarudin, dari Dermaga Kodaeral I Belawan.
Patroli dibuka di Lumut (wilayah perairan Perak, Malaysia) dengan serangkaian latihan gabungan, mulai dari komunikasi, manuver laut, hingga simulasi pengendalian kerusakan kapal. Tujuannya untuk memperkuat interoperabilitas sekaligus meningkatkan kesiapan kedua angkatan laut dalam menghadapi potensi ancaman di jalur perairan strategis tersebut.
Evakuasi KM Sehla menjadi bukti bahwa kerjasama maritim Indonesia-Malaysia di Selat Malaka bukan hanya sebatas pengamanan terhadap pelanggaran hukum dan penyelundupan, tetapi juga misi kemanusiaan yang menyelamatkan nelayan dan pelaut di salah satu jalur perdagangan internasional tersibuk di dunia. (Perdana/hm18)
























