Tuan Rondahaim Saragih Garingging Disahkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Kata Keturunannya

Makam Tuan Rondahaim, Raja Raya ke-14. (foto:indra/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Presiden Prabowo Subianto secara resmi menetapkan Tuan Rondahaim Saragih Garingging, Raja Raya ke-14, sebagai Pahlawan Nasional pada Senin (10/11/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Penetapan ini menjadi momen bersejarah bagi masyarakat Simalungun, khususnya bagi para keturunan Raja Namabajan sebutan bagi Tuan Rondahaim pada masa lampau yang menyambut dengan penuh suka cita.
Salah seorang keturunan, Sagar Garingging, saat ditemui di area makam Tuan Rondahaim di Raya, mengungkapkan rasa bangga atas pengakuan negara terhadap jasa leluhurnya.
“Oppung ini lahir tahun 1882 dan sudah menjadi anak yatim sebelum berusia 17 tahun. Belanda sangat takut karena oppung ini dikenal suka berperang dan ahli strategi,” ujar Sagar.
Menurut Sagar, julukan “Raja Raya” berasal dari sifat dermawan Tuan Rondahaim yang gemar berbagi hasil panen kepada rakyatnya.
“Saat beliau memberi sesuatu kepada masyarakat, beliau mengatakan Padas bani halak anggo dong ijai, Tuan na ra ia mambere, yang artinya ‘Tuan mau memberi’. Dari situlah nama Raya berasal, dari kata Ra ia yang berarti mau,” tuturnya, seraya menjelaskan asal-usul nama Pematang Raya, yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Simalungun.
Tuan Rondahaim dikenal bukan hanya sebagai pemimpin bijak, tetapi juga sebagai juru taktik perang ulung yang ditakuti Belanda. Ia lahir dan besar di Sinondang sebelum memimpin Kerajaan Partuanan Raya. Selain itu, ia juga berhasil membangun aliansi dengan kerajaan-kerajaan di Aceh dan Batubara untuk melawan penjajahan.
Dua pertempuran besar yang dikenang hingga kini adalah Perang Dolok Merawan (21 Oktober 1887) dan Pertempuran Bandar Padang (12 Oktober 1889). Dalam kedua pertempuran tersebut, Tuan Rondahaim menunjukkan keberanian luar biasa dan strategi perang yang membuat Belanda kewalahan.
“Belanda sampai menjulukinya Napoleon dari Batak karena taktik militernya yang luar biasa,” kata Sagar.
Di bawah kepemimpinan Tuan Rondahaim, Partuanan Raya tercatat sebagai satu-satunya kerajaan di Sumatera Timur yang tidak pernah ditaklukkan Belanda semasa hidupnya. Baru sepuluh tahun setelah wafatnya, pada 1901, wilayah tersebut jatuh ke tangan kolonial di bawah kepemimpinan putranya, Tuan Hapoltakan Saragih Garingging.
Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional ini menjadi bentuk penghargaan atas perjuangan dan pengabdian Tuan Rondahaim Saragih Garingging dalam mempertahankan tanah Simalungun dari penjajahan, sekaligus pengingat akan warisan kepemimpinan yang adil dan dermawan bagi generasi penerus.
“Kami berharap pengakuan ini menjadi inspirasi bagi masyarakat Simalungun untuk terus mencintai tanah leluhur dan meneladani semangat perjuangan Oppung Rondahaim,” tutup Sagar penuh haru. (hm16)


























