Ketika Kebun Teh Sidamanik Diganti Sawit (3-Habis): Bukan Konversi, tapi Optimalisasi?

Tanaman teh di Kebun Sidamanik. (foto:roland/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Di tengah riuh penolakan rencana alih fungsi Kebun Teh Sidamanik di Kabupaten Simalungun, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Regional II akhirnya angkat bicara.
Mereka menepis tudingan kalau mereka akan mengubah kebun teh menjadi kebun sawit. Perusahaan menegaskan, langkah yang diambil bukanlah konversi, melainkan optimalisasi aset pada lahan tidur yang dinilai tak lagi produktif secara ekonomi.
“Kami tidak mengonversi kebun teh menjadi sawit. Ini hanya optimalisasi terbatas di lahan yang diberikan,” ujar Muhammad Ridho Nasution selaku Kepala Bagian Sekretariat dan Hukum PTPN IV Regional II, Kamis (24/7/2025).
Dalam klarifikasinya, PTPN IV memastikan kebun teh tetap menjadi komoditas utama. Adapun pemanfaatan lahan seluas 130 hektare dari total 6.230 hektare yang dimiliki, dilakukan sebagai strategi perusahaan untuk menjaga produktivitas dan keberlanjutan usaha, tanpa mengganggu eksistensi dan nilai historis kawasan teh Sidamanik.
Pernyataan ini muncul sebagai respons atas kekhawatiran masyarakat, tokoh gereja, hingga legislatif, yang sebelumnya secara tegas menolak konversi lahan teh ke sawit. Kini, publik menanti konsistensi dan transparansi PTPN IV dalam menjalankan janji menjaga warisan Sidamanik.
"Langkah optimalisasi ini bukan bentuk konversi total kebun teh ke kelapa sawit. Ini murni bagian dari strategi tata kelola aset agar lahan yang sebelumnya tidak produktif bisa kembali memberikan manfaat tanpa merusak atau menggantikan fungsi utama kebun teh yang sudah ada," kata Ridho dalam keterangannya kepada Mistar.
"Sekali lagi kami tegaskan tidak ada kebijakan untuk mengonversi seluruh areal kebun teh menjadi kelapa sawit," tuturnya.
Menurut Ridho, optimalisasi aset tersebut telah melalui kajian mendalam dari segala aspek. Optimalisasi ini diharapkan dapat menggenjot produktivitas perusahaan, sehingga bisa berkontribusi lebih banyak lagi bagi masyarakat dan negara.
"Kebijakan perusahaan telah melalui kajian mendalam dan menyeluruh, baik dari sisi bisnis, sosial maupun lingkungan. Lahan diberikan disebut juga sebagai lahan tidur," ujarnya.
"Diversifikasi tanaman teh ke kelapa sawit di area lahan ini merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam mengelola aset tanpa mengabaikan pengembangan teh sebagai komoditas utama unit usaha Kebun Teh Butong dan Kebun Teh Sidamanik," kata Ridho.
Dikatakannya, areal lahan yang dibiarkan tanpa pengelolaan justru berpotensi menimbulkan kerugian besar. Selain tidak memberikan keuntungan finansial, pemberaan yang berkepanjangan juga berisiko memicu penguasaan ilegal oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
"Dari hasil kajian internal, penanaman teh di area diberikan cukup berat mengingat terus naiknya ongkos produksi teh. Oleh karena itu, PTPN IV Regional II mengambil langkah optimalisasi aset melalui opsi yang berkelanjutan dan sah. Langkah ini akan dilakukan tanpa mengganggu eksistensi kebun teh," ujar Ridho.
Dia mengungkapkan, lahan yang selama ini diberikan menjadi beban biaya pemeliharaan dan penjagaan, serta tidak sehat secara ekonomi. Sedangkan dengan langkah optimalisasi, aset perusahaan bisa kembali berfungsi sekaligus menekan potensi konflik dan penguasaan liar.

Para pengunjung berteduh di tenda-tenda di Kebun Sidamanik. (foto:roland/mistar)
Pihaknya pun mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh informasi-informasi yang tidak akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
"Perusahaan memastikan bahwa semua kebijakan dilandasi itikad baik dan selalu mengedepankan prinsip keberlanjutan. Sebagai bagian dari BUMN, PTPN IV Regional II juga memastikan setiap langkah yang diambil didasarkan atas hasil kajian ilmiah dan praktik terbaik di industri perkebunan. Termasuk analisis dampaknya terhadap ekosistem, efektivitas biaya dan kesinambungan usaha," tutur Ridho.
PTPN IV Regional II meminta dukungan kepada seluruh pihak, baik pemerintah daerah, tokoh masyarakat, insan pers, maupun akademisi supaya program optimalisasi aset ini dapat berjalan lancar.
Ia pun menegaskan, pihaknya akan terus berkomitmen menjaga, mengembangkan, serta meningkatkan kualitas komoditas teh yang menjadi bagian penting dari sejarah dan identitas perusahaan.
"Sepanjang dua tahun terakhir, unit usaha kebun teh milik PTPN IV Regional II menunjukkan lonjakan performa yang signifikan dan telah menorehkan berbagai prestasi membanggakan di tingkat nasional," tutur Ridho.
Dijelaskannya, PTPN IV Regional II juga sedang mengembangkan kawasan ekowisata berbasis kebun teh di Kebun Bah Butong dan Kebun Teh Sidamanik sebagai bagian dari strategi diversifikasi dan optimalisasi aset.
"Langkah ini diharapkan tidak hanya menciptakan nilai tambah ekonomi, tetapi juga membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar serta memperkuat posisi teh sebagai bagian dari kekayaan budaya dan lingkungan di Sumatera Utara," ucap dia.
Sementara itu, Manajer Unit Teh PTPN IV PalmCo, Armansyah Putra Siregar, mengatakan lahan yang akan dilakukan optimalisasi luasnya sekitar 130 hektare.
"Dari total sekitar 6.230 hektare kebun teh perusahaan, hanya sekitar 130 hektare yang masuk dalam program optimalisasi. Secara teknis, lahan diberakan tersebut dinilai tidak lagi produktif dan bernilai ekonomi tinggi jika tetap ditanami teh," katanya.
Menurut Armansyah, langkah optimalisasi telah memedomani peraturan perundangan-undangan serta telah dikaji dan mendapat atensi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Sebelum pelaksanaan optimalisasi, Armansyah mengaku bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah setempat pada 5 Juli 2025 lalu.
"Semua proses kami tempuh secara terbuka dan legal. Kami ajukan izin ke pemerintah daerah, revisi dokumen lingkungan, hingga mendapat persetujuan teknis dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simalungun. Kami sangat memahami bahwa kawasan Sidamanik memiliki nilai ekologis dan sosial yang penting. Karena itu pendekatan kami selalu berbasis data dan dialog," ucapnya. (deddy/hm16)