Sunday, July 13, 2025
home_banner_first
SIANTAR SIMALUNGUN

Karhutla Marak di Simalungun, KPH II Siantar Imbau Warga Tak Bakar Lahan

journalist-avatar-top
Jumat, 11 Juli 2025 13.27
karhutla_marak_di_simalungun_kph_ii_siantar_imbau_warga_tak_bakar_lahan_

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Simungun. (foto: BPBD Simalungun)

news_banner

Simalungun, MISTAR.ID

Kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kabupaten Simalungun terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Sebagian besar insiden tersebut disebabkan oleh ulah manusia yang membuka lahan dengan cara dibakar.

Menanggapi situasi ini, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah II Pematangsiantar mengimbau masyarakat agar tidak menggunakan metode pembakaran dalam membersihkan lahan.

Kepala Seksi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat KPH II Siantar, Tigor Siahaan, mengatakan sebagian besar titik kebakaran bukan terjadi di hutan primer, melainkan di lahan-lahan pertanian atau semak belukar milik warga.

"Kami meminta masyarakat menggunakan cara-cara yang bijak untuk membersihkan lahan, bukan dengan membakar. Pembakaran dapat menyebabkan api menjalar dan memicu kebakaran besar," ujar Tigor, Jumat (11/7/2025).

Kebakaran terakhir yang terjadi pada 9 Juli 2025 di kawasan Hutan Sibaganding, tepatnya sekitar 300 meter di atas perbukitan dari Jalan Umum Siantar–Parapat, Nagori Sibaganding, menjadi pengingat akan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pencegahan karhutla.

"Kami mengajak masyarakat untuk aktif mengawasi kawasan hutan. Bila terlihat api kecil, segera padamkan sebelum meluas," ucap Tigor.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak sembarangan membuang puntung rokok di area semak-semak, khususnya di sepanjang jalan menuju Danau Toba, mengingat cuaca panas yang mempercepat penyebaran api.

Menurut Tigor, kebiasaan membuka lahan dengan cara dibakar, meskipun dianggap hemat biaya, justru berisiko besar. Api kerap kali merembet ke lahan lain dan menimbulkan kerugian besar.

"Kebakaran seperti ini berdampak luas mulai dari gangguan kesehatan, kerusakan ekosistem, hingga terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat," katanya.

Ia menegaskan pembersihan lahan sebaiknya dilakukan secara manual, seperti membabat atau menggunakan herbisida (racun tanaman), bukan dengan cara membakar. "Cara membakar mungkin murah, tapi risikonya jauh lebih besar. Kami harap masyarakat bisa lebih bijak," tuturnya. (hamzah/hm24)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN