Lucy Darragh dan Dylan Wilcoxen Sabet Juara Dunia Surfing di Nias Selatan

Lucy Darragh dan Dylan Wilcoxen saat menerima medali dan hadiah pada Kejuaraan Surfing Internasional World Surf League (WSL) Nias Pro QS 6000 tahun 2025. (f:ist/mistar)
Nias Selatan, MISTAR.ID
Lucy Darragh dari Australia dan Dylan Wilcoxen dari Indonesia keluar sebagai juara dunia kategori masing-masing pada Kejuaraan Surfing Internasional World Surf League (WSL) Nias Pro QS 6000 tahun 2025. Kejuaraan dunia yang digelar di Pantai Sorake Kabupaten Nias Selatan ini sekaligus ditutup, Kamis (26/6/2025).
Meskipun ombak legendaris Nias tak menunjukkan performa terbaiknya, namun kedua peselancar muda tersebut tampil mendominasi dengan teknik, semangat juang, dan mentalitas juara. Mereka tidak hanya menaklukkan lawan-lawan tangguh dari berbagai negara, tetapi juga menaklukkan tekanan dan ekspektasi di panggung internasional.
Wanita berusia 15 tahun ini tampil layaknya juara sejati. Dalam final kategori wanita, dia mengalahkan sahabat sekaligus kompatriotnya, Charli Hately, dengan skor meyakinkan 13.53 berbanding 11.33. Aksi backhand presisi dan gaya selancar yang elegan menjadi senjata utama Lucy Darragh.
“Saya tidak percaya ini nyata. Bisa menang di sini dan berbagi momen dengan Charli adalah pengalaman yang tak akan saya lupakan,” tutur Lucy dengan senyum bahagia.
Kemenangan ini mengantar Lucy ke peringkat tertinggi wilayah Australia/Oseania, sekaligus membuka pintu karier profesional internasional yang lebih luas.
Momen paling emosional adalah saat dia memeluk sang ayah di kanal setelah pertandingan berakhir. “Saya tak akan ada di sini tanpa Ayah saya. Dia adalah pahlawan saya,” ujarnya penuh haru.
Sementara itu, kategori pria, Indonesia patut berbangga. Dylan Wilcoxen, remaja berusia 16 tahun asal Mentawai tampil memukau dan berhasil membawa pulang gelar juara usai menaklukkan Lennix Smith dari Australia dengan skor 12.83.
Kemenangan ini bukan sekadar pencapaian pribadi, tapi menjadi momen bersejarah bagi Indonesia. Dylan merupakan peselancar Indonesia pertama sejak Rio Waida tahun 2023 yang mampu menjuarai ajang bergengsi Nias Pro itu.
“Ini momen terbaik dalam hidup saya. Mimpi saya dan mimpi Ayah saya akhirnya jadi kenyataan. Terima kasih untuk semua yang telah mendukung saya,” kata Dylan sambil menahan air mata bahagia.
Penampilannya yang penuh konsistensi, keberanian, dan strategi matang di sepanjang kompetisi menjadikan Dylan sebagai pemimpin klasemen QS Asia. Kini, dia bersiap tampil mengenakan jersey Bonsoy Asia Super Series di ajang Siheung Korea Open QS 6.000 bulan Juli mendatang.
Kisah Lucy dan Dylan merupakan simbol harapan baru dunia olahraga surfing. Mereka bukan hanya mencetak prestasi, tetapi juga menginspirasi generasi muda dari berbagai negara bahwa dengan kerja keras, tekad, dan dukungan yang tepat, mimpi besar bisa dicapai di usia muda.
Keduanya juga membuktikan ajang internasional seperti Nias Pro bukan sekadar kompetisi, melainkan ajang pembuktian dan pembentukan karakter juara.
Setelah pesta kemenangan ini, perhatian kini tertuju pada Nias Pro Junior yang dimulai Jumat (27/6/2025). Dengan kondisi ombak yang diprediksi tetap ideal, ajang ini siap melahirkan bintang-bintang surfing masa depan, menyusul jejak Lucy Darragh dan Dylan Wilcoxen. (Walas/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Manajemen PSMS Ungkap Hasil Pertemuan dengan Wali Kota Medan