Wednesday, July 16, 2025
home_banner_first
NEWS ROOM

Newsroom: Ceker Ayam Ridho, Cemilan Khas Medan Warisan Tiga Generasi

journalist-avatar-top
Selasa, 15 Juli 2025 20.26
newsroom_ceker_ayam_ridho_cemilan_khas_medan_warisan_tiga_generasi

Newsroom: Ceker Ayam Ridho, Cemilan Khas Medan Warisan Tiga Generasi

Newsroom: Ceker Ayam Ridho, Cemilan Khas Medan Warisan Tiga Generasi

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Di tengah gempuran jajanan kekinian, Ceker Ayam khas Medan tetap bertahan sebagai salah satu kudapan legendaris sejak tahun 1960.

Meski namanya terdengar seperti bagian tubuh ayam, jajanan ini justru terbuat dari ubi jalar yang dipotong kecil, dicampur dengan gula aren, lalu digoreng dan dicetak menjadi bentuk setengah bulat menggunakan cetakan sederhana.

Kudapan ini mulai populer sejak dekade 1990-an dan bisa ditemukan di berbagai toko dan kedai di Kota Medan. Namun kini, popularitasnya mulai meredup.

Meski begitu, Ceker Ayam Ridho tetap eksis. Usaha rumahan ini dikelola oleh Susilawati, generasi ketiga dari keluarga pembuat ceker ayam, yang berada di Jalan Menteng VII, Gang Seroja, Kecamatan Medan Denai.

Susilawati menceritakan, usaha ini berawal dari nenek dan ayahnya yang dulu membawa oleh-oleh ubi khas Rantau Prapat ke Medan.

Dari situ muncul ide menjadikannya cemilan yang bernilai jual. Kini, pengelolaan usahanya diteruskan oleh sepupunya, Masnun.

Masnun menjelaskan, nama "ceker ayam" muncul karena saat makanan ini dicetak menggunakan sendok dan garpu, gerakannya seperti cakar ayam yang sedang mengais tanah.

Proses pembuatan ceker ayam cukup sederhana, namun tetap dilakukan secara manual. Ubi jalar dari goni dicuci bersih, lalu diparut tipis menggunakan tangan. Setelah itu, dicampur gula merah dan digoreng selama lima menit, lalu dicetak dalam keadaan panas.

Dalam sehari, mereka bisa memproduksi hingga 500 bungkus, dengan harga mulai dari Rp12.000 untuk isi 10 dan Rp24.000 untuk isi 20.

Makanan ini bisa bertahan selama satu bulan dan telah dipasarkan hingga luar kota, seperti Rantau Prapat, Tanjung Balai, bahkan ke Jakarta. (Fiqih/hm21).

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN