Dulu Kuli Panggul dan Penjual Koran, Omrin Siallagan Kini Jadi Kanit Reskrim Medan Tuntungan

Kanit Reskrim Medan Tuntungan Iptu Omrin Siallagan. (Foto: Putra/Mistar)
Medan, MISTAR.ID
Hidup serba kekurangan tak mematahkan tekad Omrin Siallagan. Anak petani dari Desa Siligason, Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun ini rela merantau tanpa bekal demi mengejar mimpi yang kini mengantarnya ke kursi Kanit Reskrim Medan Tuntungan.
Putra pasangan Hotlen Siallagan dan Kasma Hutasoit ini hijrah ke Rawajitu, Lampung, setelah menyelesaikan pendidikan di SMK Cinta Rakyat, Pematang Siantar, pada 2004.
Beberapa bulan bekerja sebagai helper excavator, ia kembali mengadu nasib ke Kalimantan. Omrin luntang-lantung selama lima bulan di kawasan Pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kontainer-kontainer di pelabuhan menjadi tempatnya berlindung dari terik siang dan dinginnya malam, tanpa teman, tanpa keluarga, tanpa satu pun orang yang dikenal.
“Namanya di kampung kekurangan. Kepingin sukses, pergi merantau mengadu nasib. Ada yang bilang kalau ke Kalimantan merantau akan berhasil. Saya beranikan diri ke Kalimantan dan luntang-lantung di sana, karena tidak ada yang saya kenal,” ucapnya.
Baginya, kunci menjadi orang sukses adalah jujur dan tidak memilih-milih pekerjaan. Apa pun dilakukan selama tidak melanggar hukum, mulai dari kuli panggul hingga menjual koran.
“Setiap ada kapal yang bersandar, saya ikut bekerja bongkar muat. Jika tidak ada, saya jual koran. Termasuk mengangkat oli,” kenangnya.
Meski menjalani pekerjaan kasar, cita-cita Omrin menjadi polisi tidak pernah padam. Aktivitas fisik di pelabuhan ia jadikan latihan. Hingga akhirnya ia nekat mendaftar menjadi anggota Polri pada 2005.
Ia menempuh pendidikan di SPN Turangga, Balikpapan, dan magang lima bulan di Polres Nunukan. Sedih bercampur haru menyelimuti perjalanannya. Jauh dari orang tua, ia beruntung menemukan “induk semang” yang mendukungnya selama pendidikan.
“Orang tua angkat mensupport saya karena jauh dari orang tua. Bahkan orang tua saya juga tidak tahu saya melamar menjadi anggota Polri,” tuturnya berlinang air mata.
Setelah dinyatakan lulus dan dilantik, ayah dua anak itu bertugas di Polres Nunukan selama 10 tahun. Saat memberi kabar kepada orang tua, Omrin sempat dianggap berbohong.
“Saya telepon wartel di kampung agar pemiliknya menyampaikan pesan kepada orang tua bahwa saya mau berbicara. Setelah waktu janji tiba, saya bilang kalau saya sudah jadi polisi. Orang tua marah, katanya kalau mau membanggakan orang tua bukan dengan cara berbohong, karena mereka tidak tahu saya melamar jadi polisi,” kisahnya.
Omrin kemudian mengirim foto melalui kantor pos agar orang tua percaya. Empat tahun berdinas barulah ia bisa pulang kampung, setelah mengumpulkan uang dan membantu biaya sekolah adik-adiknya.
Setelah satu dekade di Polres Nunukan, Omrin dimutasi ke Polda Sumut, Polrestabes Medan, dan ditempatkan di Polsek Sunggal sebagai penyidik pembantu selama lima tahun.
Pada 2020, ia menempuh pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) dan diangkat menjadi perwira dengan pangkat Ipda. Ia bertugas di Polres Nias sebagai Kanit PPA dan Kanit Tipidter, masing-masing selama satu setengah tahun.
Tiga tahun di Nias, Omrin kembali dimutasi ke Polrestabes Medan pada 2023. Ia menjabat Panit Pidsus selama tujuh bulan dan Kepala Bagian Operasional (KBO) Sat Reskrim selama enam bulan.
“Lalu saya naik pangkat menjadi Iptu dan dimutasi ke Polsek Delitua sebagai Panit selama dua bulan sebelum akhirnya dipercaya menjadi Kanit Reskrim Polsek Medan Tuntungan,” ujarnya.
Di Polsek Medan Tuntungan, Iptu Omrin dikenal tegas dan peduli. Pengalaman pahit di perantauan membentuknya menjadi pribadi rendah hati. Ia juga responsif terhadap laporan masyarakat. Beberapa waktu lalu, ia berhasil membekuk tiga remaja pelaku begal hanya tiga hari setelah laporan diterima.
“Semenjak beliau menjabat, kasus-kasus kriminal cepat ditangani. Warga merasa lebih aman karena beliau sering turun langsung ke lapangan,” ujar Sihombing, tokoh masyarakat Medan Tuntungan, Kamis (11/9/2025). (putra/hm25)