Merintis Usaha Kopi Pinggir Jalan Khas Cita Rasa Rumahan, Pemuda ini Rencanakan Kolaborasi

Diki (kiri) yang menjajakan kopi di sekitar Masjid Al Jihad Medan .(f:susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Di bawah rindang pohon sekitar Masjid Al Jihad, Medan, seorang pemuda kenakan jaket hitam dipadu pakai topi berdiri di samping gerobak kopi kecilnya sembari menunggu pembeli. Pemuda itu bernama Diki Pranata, 25 tahun.
Dia berlindung dari teriknya matahari saat menjajakan kopinya. Gerobak dengan tulisan JWCOFFEE.CO itu menjadi simbol perjuangan dua pemuda bersaudara yang tengah membangun usaha dan mimpi besar di pinggir jalan.
Meski bukan pemilik utama, Diki memiliki peran besar dalam operasional harian. Mulai dari meracik kopi, mengelola gerobak, hingga mendesain tampilannya agar tampak menarik.
“Ini produk milik abang saya, tapi saya turut merintis dan mengelola di lapangan,” ujarnya sembari tersenyum.
Cita rasa buatan rumahan
Berbeda dari kedai kopi modern yang mengandalkan mesin mahal dan racikan kompleks, JWCOFFEE justru menawarkan rasa rumahan dengan sentuhan kehangatan.
Kopi yang dijual diolah sendiri dari rumah, lalu diseduh dengan teknik sederhana. Harga per cup-nya pun terjangkau, mulai dari Rp10.000.
“Target pasar kita mahasiswa, pekerja kantoran, dan warga sekitar. Meski menyasar segmen muda, banyak juga pelanggan paruh baya yang rutin singgah, menikmati kopi hangat sambil berbincang-bincang,” tuturnya.
Baca Juga: Kedai Kopi Keliling di Medan
Sebagai usaha mikro, kinerja penjualan JWCOFFEE sudah sangat lumayan. Dalam sehari, mereka menargetkan 33 cup, dan mampu menjual hingga 30 cup pada hari biasa. Saat akhir pekan, angka itu melonjak menjadi 70 sampai 80 cup.
Dari setiap gelasnya, JWCOFFEE memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp1.000. Yang akan menghasilkan laba bersih kurang lebih sekitar Rp2,5 juta per bulan jika dikalkulasikan.
“Mungkin tampak kecil di atas kertas, namun penuh makna bagi sebuah usaha rintisan dari nol. Yang penting konsisten dan jujur. Kami pelan-pelan saja,” katanya.
Rencanakan ekspansi dan kolaborasi
Kini, Diki dan kakaknya tengah menyiapkan ekspansi ke dua kecamatan baru yaitu Medan Perintis dan Medan Sunggal. Mereka bahkan mulai menjajaki pola kemitraan yang memungkinkan anak muda lain bergabung dalam sistem usaha ini.
Diki mengatakan tujuan mereka bukan semata memperbesar bisnis, tetapi membuka kolaborasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif, berbasis komunitas dan kekeluargaan.
“JWCOFFEE ingin menjadi contoh bahwa kemajuan tidak harus datang dari modal besar, tapi dari kemauan untuk berbagi ruang dan peluang,” ucapnya. (Susan/hm18)