Pezeshkian Tegaskan Program Nuklir Iran Tidak Bisa Dihentikan

Lokasi tiga fasilitas nuklir milik Iran. (foto:reuters/mistar)
Teheran, MISTAR.ID
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menegaskan upaya Amerika Serikat (AS) dan Israel untuk menghentikan program nuklir negara mereka adalah sia-sia. Ia menyebut gagasan untuk mengakhiri program nuklir Teheran sebagai “ilusi”.
“Upaya-upaya ini didasarkan pada ilusi,” kata Pezeshkian dalam wawancara dengan Al Jazeera Qatar, Selasa (22/7/2025), dikutip kantor berita Tasnim, Rabu (23/7/2025).
Ia menegaskan Iran akan terus melanjutkan pengayaan uranium sesuai kerangka hukum internasional. Pezeshkian juga menanggapi klaim mantan Presiden AS, Donald Trump yang menyatakan infrastruktur nuklir Iran telah dinetralkan.
“Kemampuan nuklir kami terletak pada pikiran para ilmuwan kami, bukan pada fasilitasnya,” tuturnya.
Dia kembali menekankan bahwa Teheran tidak berniat mengembangkan senjata nuklir. “Kami dengan tegas menolak kepemilikan senjata nuklir. Ini adalah posisi kami secara politik, agama, kemanusiaan, dan strategis,” ujarnya.
Pezeshkian mengatakan Iran tetap terbuka terhadap negosiasi diplomatik, namun setiap perundingan harus mengakui hak Iran untuk memperkaya uranium untuk kepentingan sipil. “Setiap negosiasi di masa mendatang harus berdasarkan logika saling menguntungkan,” ucapnya.
Ia juga memperingatkan Israel agar tidak melakukan provokasi militer. “Kami sepenuhnya siap menghadapi setiap aksi militer Israel, dan pasukan kami siap menyerang jauh ke dalam wilayah pendudukan sekali lagi,” ujar Pezeshkian.
Ketegangan terbaru muncul setelah serangan mendadak Israel pada 13 Juni 2025, yang memicu perang selama 12 hari. Serangan itu menargetkan situs militer, nuklir, dan sipil Iran, menewaskan sejumlah komandan militer senior dan ilmuwan nuklir. Iran membalas dengan rudal dan drone ke fasilitas militer serta intelijen Israel.
Iran juga menuduh AS terlibat dalam serangan tersebut. Militer AS mengklaim telah menghancurkan tiga situs nuklir utama Iran. Gencatan senjata yang dimediasi AS diumumkan pada 23 Juni 2025.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengakui fasilitas nuklir Teheran mengalami kerusakan parah akibat serangan udara. “Sejauh yang saya tahu, kerusakannya cukup parah,” ujarnya dalam wawancara dengan Fox News, Senin (21/7/2025).
Meski begitu, Araghchi menegaskan Iran tidak akan menghentikan program pengayaan nuklir. “Ini adalah hasil kerja keras para ilmuwan kami, dan sekarang lebih dari itu, ini adalah soal harga diri bangsa,” ucapnya.
Menurut NBC News, penilaian intelijen AS menunjukkan jika salah satu dari tiga fasilitas nuklir utama Iran, termasuk Fordow, rusak signifikan hingga memundurkan kemampuan pengayaan Iran sekitar dua tahun.
Trump menyebut serangan itu sebagai pukulan telak terhadap ambisi nuklir Iran.
Namun, pernyataan terkini Pezeshkian dan Araghchi menunjukkan bahwa krisis nuklir masih jauh dari berakhir. Ketegangan di Timur Tengah diperkirakan akan tetap tinggi jika Iran melanjutkan aktivitas pengayaan di tengah ancaman sanksi baru dari Barat. (**/hm16)