Meski Moratorium, Rusia Tetap Kembangkan Rudal Nuklir Jarak Menengah

Rudal balistik antarbenua Yars buatan Rusia, yang mampu membawa banyak hulu ledak nuklir. (foto: Reuters)
Moskow, MISTAR.ID
Rusia secara terbuka mengakui mereka terus mengembangkan sistem rudal nuklir jarak menengah dan pendek meski sebelumnya menetapkan moratorium terhadap pengerahan jenis senjata tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menyatakan pengembangan tetap dilakukan karena moratorium tersebut hanya berlaku untuk pengerahan, bukan riset dan pengembangan.
“Sejak awal kami sampaikan moratorium hanya untuk penempatan, bukan berarti kami menghentikan kegiatan pengembangan sistem tersebut,” ujar Ryabkov dalam wawancara dengan saluran televisi Rossiya-1, dikutip kantor berita RIA, Senin (11/8/2025).
Ryabkov juga mengklaim Rusia kini memiliki stok rudal yang signifikan di segmen tersebut, hasil dari pengembangan selama moratorium.
Pekan sebelumnya, pemerintah Rusia secara resmi mengakhiri moratorium sepihak atas pengerahan rudal jarak menengah, dengan alasan kebijakan itu merupakan respons sementara atas langkah-langkah Amerika Serikat dan sekutunya.
Kementerian Luar Negeri Rusia menuding AS dan sekutunya tengah mengembangkan serta bersiap menempatkan senjata jarak menengah di kawasan Eropa dan lokasi strategis lainnya, yang disebut mengancam langsung keamanan nasional Rusia.
“Langkah ini menciptakan potensi ketidakstabilan rudal di dekat perbatasan kami dan memicu ketegangan antara negara-negara bersenjata nuklir,” bunyi pernyataan Kemenlu Rusia pada 5 Agustus lalu.
Langkah Rusia memicu kekhawatiran akan kembalinya perlombaan senjata, di tengah hubungan yang semakin memburuk antara Moskow dan Washington, terutama terkait konflik di Ukraina.
Sebagai latar belakang, perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) antara Uni Soviet dan AS pada 1987 pernah menjadi tonggak penting dalam meredam ketegangan Perang Dingin.
Namun, perjanjian tersebut runtuh setelah AS menarik diri pada 2019 di era Presiden Donald Trump, dengan alasan dugaan pelanggaran oleh Rusia—klaim yang dibantah Moskow. (mtr/hm24)