Beijing 2025: Pemimpin Dunia Bahas Isu Perempuan, Dorong Aksi Nyata untuk Kesetaraan Gender

Presiden Tiongkok Xi Jinping berpidato dalam upacara pembukaan KTT Perempuan Global 2025 di Pusat Konvensi Nasional Tiongkok pada 13 Oktober 2025 di Beijing, Tiongkok. (foto:kenishii/reuters/mistar)
Beijing, MISTAR.ID
Konferensi tingkat tinggi bertajuk Global Leaders' Meeting on Women resmi dibuka di Beijing pada Senin (13/10/2025) . Acara ini diselenggarakan bersama antara Pemerintah Tiongkok dan UN Women , dengan tujuan memperkuat kembali komitmen global terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di berbagai sektor.
Forum internasional dua hari ini (13–14 Oktober) mempertemukan para kepala negara, pejabat tinggi, dan tokoh dunia untuk menegaskan kembali semangat Deklarasi Beijing 1995 , yang genap berusia 30 tahun dan menjadi tonggak sejarah perjuangan hak-hak perempuan.
Xi Jinping Serukan Aksi Nyata
Presiden Xi Jinping membuka konferensi dengan seruan kuat agar negara-negara memperluas keterwakilan perempuan di pemerintahan dan politik. Ia menekankan bahwa kesetaraan gender harus menjadi “bagian mendasar dari struktur sosial dan tata kelola modern.”
“Kita harus memastikan perempuan memiliki suara dan posisi yang setara dalam pembangunan, stabilitas sosial, dan kemajuan bangsa,” ujar Xi dalam pidatonya di Beijing, Senin (13/10/2025).
Meskipun Tiongkok telah mencatat kemajuan dalam pendidikan dan dunia kerja — dengan perempuan mencakup sekitar 50 persen pelajar dan 43 persen tenaga kerja — representasi perempuan dalam jabatan politik masih relatif kecil. Xi menilai, kemajuan hukum dan kebijakan harus terus didorong agar kesetaraan gender tidak berhenti pada simbol.
Dunia Belum Capai Target SDGs
Konferensi ini juga menjadi refleksi global atas lambatnya kemajuan menuju tujuan kesetaraan gender dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Berdasarkan laporan UN Women, tidak ada satu pun negara yang sepenuhnya mencapai target tersebut.
Beberapa tantangan utama yang masih dihadapi adalah:
- Resistensi sosial dan budaya terhadap kesetaraan perempuan;
- Minimnya ketentuan dan prioritas kebijakan gender;
- Meningkatnya reaksi balik terhadap hak-hak perempuan di sejumlah negara.
Para pemimpin dunia diharapkan menghasilkan komitmen nyata melalui kebijakan yang fokus pada pendanaan gender, reformasi hukum diskriminatif, dan mekanisme akuntabilitas global.
Momentum Baru bagi Asia dan Indonesia
Bagi kawasan Asia, termasuk Indonesia, pertemuan ini menjadi peluang untuk memperkuat kolaborasi regional dalam isu perempuan — mulai dari kebijakan pendidikan, kesetaraan di dunia kerja, hingga kepemimpinan politik.
Konferensi di Beijing juga menjadi momentum bagi dunia untuk mengubah retorika menjadi tindakan nyata, memastikan perempuan memiliki peran penuh dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan digital di era pascapandemi. (berbagaisumber/hm27)