Monday, August 11, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Lima Jurnalis Al Jazeera Tewas dalam Serangan Udara Israel Dekat RS Gaza

journalist-avatar-top
Senin, 11 Agustus 2025 14.53
lima_jurnalis_al_jazeera_tewas_dalam_serangan_udara_israel_dekat_rs_gaza

Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel yang menewaskan lima jurnalis Al Jazeera di Gaza. (foto: reuters)

news_banner

Gaza City, MISTAR.ID

Sedikitnya lima jurnalis Al Jazeera tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam area di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City, Minggu (10/8/2025). Media berbasis Qatar tersebut menyebut insiden ini sebagai 'pembunuhan yang ditargetkan'.

Kelima jurnalis itu adalah dua koresponden, Anas al-Sharif dan Mohammed Qreqeh, serta tiga kamerawan, Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa. Mereka diketahui berada di tenda jurnalis di gerbang utama RS Al-Shifa saat serangan terjadi.

“Ini merupakan serangan yang terang-terangan dan disengaja terhadap kebebasan pers,” tulis Al Jazeera dalam pernyataannya dilansir BBC, Senin (11/8/2025).

Militer Israel (IDF) mengonfirmasi mereka memang menargetkan al-Sharif, yang mereka tuduh sebagai pemimpin sel Hamas yang menyamar sebagai jurnalis. IDF menyatakan al-Sharif bertanggung jawab atas sejumlah serangan roket ke wilayah Israel dan pasukan IDF.

Klaim tersebut, menurut pernyataan resmi IDF via Telegram, didasarkan pada hasil intelijen dan dokumen yang dikumpulkan di Gaza. Namun, IDF tidak memberikan pernyataan mengenai empat jurnalis lain yang turut menjadi korban dalam serangan yang sama.

Secara keseluruhan, Al Jazeera melaporkan tujuh orang tewas dalam serangan tersebut, lima di antaranya adalah jurnalis mereka.

Redaktur Pelaksana Al Jazeera, Mohamed Moawad, menyatakan al-Sharif merupakan jurnalis terverifikasi dan berperan penting dalam menyampaikan kondisi nyata dari dalam Gaza kepada dunia.

“Dia bukan berada di garis depan. Mereka berada di tenda mereka, dan tetap menjadi target. Fakta ini menunjukkan upaya pemerintah Israel untuk membungkam segala bentuk pelaporan dari wilayah Gaza,” kata Moawad kepada BBC.

Selama konflik berlangsung, Israel tidak mengizinkan jurnalis internasional masuk ke Jalur Gaza, sehingga media global banyak bergantung pada laporan dari wartawan lokal untuk mengetahui kondisi lapangan. (detik/hm24)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN