Bandung Terancam Gempa Besar, BRIN Beberkan Fakta Sesar Lembang

Lokasi Sesar Lembang. (foto:goodnewsfromindonesia/mistar)
Bandung, MISTAR.ID
Isu potensi gempa besar kembali mencuat di Bandung, Jawa Barat. Para peneliti memperingatkan adanya ancaman dari Sesar Lembang, patahan aktif sepanjang hampir 29 kilometer yang membentang dari Padalarang hingga Cimenyan, tak jauh dari kaki Gunung Tangkuban Parahu.
Sesar ini nyata terlihat di lapangan melalui pergeseran sungai, perubahan kontur tanah, hingga fenomena geologi di kawasan Gunung Batu, Lembang.
Peneliti Gempa Bumi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik R. Daryono, mengungkapkan bahwa bukti aktivitas sesar bisa dilihat dari pergeseran Sungai Cimeta yang telah bergeser sejauh 120 meter, bahkan di beberapa titik mencapai 460 meter.
Selain itu, terdapat perbedaan ketinggian tanah hingga 90 meter di sejumlah segmen. “Secara keseluruhan, pergeseran Sesar Lembang hampir seluruhnya didominasi pergeseran mendatar sekitar 80–100 persen, sedangkan pergeseran naik-turun hanya 0–20 persen,” jelas Mudrik, Senin (29/9/2025).
Siklus Gempa Besar di Sesar Lembang
Hasil penelitian paleoseismologi menunjukkan Sesar Lembang sudah beberapa kali memicu gempa besar di masa lalu. Gempa paling muda diperkirakan terjadi pada abad ke-15, sementara jejak lain ditemukan sekitar 60 tahun sebelum Masehi dan 19 ribu tahun lalu.
Dengan pola itu, para ahli memperkirakan siklus gempa besar di Sesar Lembang terjadi setiap 170–670 tahun sekali. Artinya, secara teoritis potensi gempa besar sudah berada dalam periode waktu yang relatif dekat dengan masa sekarang.
“Jika mengacu pada siklus, maka gempa besar berikutnya bisa terjadi paling lambat sekitar tahun 2170. Namun, itu bukan kepastian, hanya perkiraan berdasarkan data geologi,” kata Mudrik.
Salah satu lokasi paling mencolok dari jalur sesar adalah Gunung Batu di Lembang, yang berada di kilometer 17 jalur sesar. Kawasan ini disebut bisa mengalami kenaikan permukaan hingga 40 sentimeter dalam sekali kejadian gempa.
Selain itu, gempa-gempa kecil yang sering muncul di sekitar Cimeta dan Kertasari bisa menjadi pelepasan energi sesar skala kecil, namun juga bisa menjadi bagian dari rangkaian menuju gempa besar.
Meski disebut “Bandung terancam gempa besar”, para peneliti menegaskan bahwa hal ini bukan ramalan pasti tentang kapan gempa akan terjadi. Hingga kini, ilmu kebumian belum mampu memprediksi waktu secara akurat.
Karena itu, masyarakat diminta tidak panik berlebihan, tetapi tetap meningkatkan kewaspadaan serta menyiapkan langkah mitigasi bencana sejak dini. (**/hm16)
BERITA TERPOPULER









