Tahun Ajaran Baru, Pedagang Seragam Sekolah di Pasar Horas Justru Merana

Kios salah satu pedagang kain di Pasar Horas. (foto:gideon/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Tahun ajaran baru 2025/2026 yang seharusnya menjadi momentum meningkatnya penjualan justru menjadi ironi bagi para pedagang pakaian sekolah di Pasar Horas, Kota Pematangsiantar.
Salah satu pedagang, J Manullang, mengaku omset penjualannya tahun ini bahkan tidak mencapai Rp1 juta, baik sebelum maupun setelah sekolah kembali aktif.
"Biasanya kalau sudah dekat tahun ajaran baru, minimal ada lonjakan penjualan. Tapi sekarang, jangankan untung, menutup biaya operasional saja sudah sulit," kata Manullang saat ditemui di kiosnya, Selasa (15/7/2025).
Ia menyebut, tren belanja masyarakat yang kini beralih ke platform daring atau marketplace menjadi salah satu penyebab utama penurunan omset. Meski harus menunggu pengiriman barang, harga yang ditawarkan di marketplace dinilai jauh lebih murah dibandingkan di pasar tradisional.
"Pembeli sekarang lebih memilih beli online. Meskipun harus nunggu beberapa hari, harga bisa beda jauh. Di sana (marketplace) mereka nggak bayar retribusi. Sementara kami harus belanja ke Medan atau Bandung, ongkosnya besar, belum lagi sewa kios dan gaji karyawan," ujarnya.
Manullang juga menyoroti kondisi fisik Pasar Horas yang semakin sempit dan tidak nyaman bagi pembeli, khususnya di area Gedung II dan III. Ia menilai hal itu turut membuat masyarakat enggan datang langsung ke pasar.
“Pasar makin sempit, pembeli nggak nyaman lagi. Mereka malas datang, apalagi kalau harus naik ke lantai atas di Gedung II atau III. Sekarang semua serba online, kami ketinggalan,” ujarnya.
Fenomena ini, menurutnya, sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Namun tahun ini dirasakannya sebagai yang terparah. Ia pun berharap ada upaya nyata dari pemerintah daerah maupun pengelola pasar, untuk memperbaiki kondisi pasar dan memberi dukungan pada pedagang lokal yang semakin terhimpit oleh persaingan digital.
"Kalau tidak ada perubahan, bukan tidak mungkin pedagang seperti kami gulung tikar. Ini bukan soal malas bersaing, tapi memang sudah kalah dari sistem," kata Manullang. (gideon/hm16)
PREVIOUS ARTICLE
Harga Sawi Hijau Naik, Petani di Karang Bangun Raup Untung Besar