Cabai Merah Jadi Penyumbang Inflasi Tertinggi di Pematangsiantar September 2025

Pedagang bahan pokok di Pasar Dwikora Pematangsiantar. (Foto: Abdi/Mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Cabai merah menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Pematangsiantar pada September 2025, sebesar 0,09 persen. Sedangkan cabai hijau sebesar 0,07 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Pematangsiantar, Ahmadi Rahman, mengatakan tekanan inflasi di Kota Pematangsiantar sudah mengalami penurunan dengan capaian inflasi sebesar 0,47 persen month to month (mtm) dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,21 persen (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi terbesar adalah bawang merah -0,20 persen, beras -0,12 persen dan buncis -0,03 persen.
"Pada September 2025 masih terjadi inflasi yang disumbang oleh kenaikan harga komoditas pangan strategis, yaitu cabai merah," ujarnya, kepada Mistar.id Kamis (2/10/2025).
Lanjutnya, kenaikan harga komoditas hortikultura dikarenakan pasokan yang terbatas di wilayah Sumatera Utara. Sebab, pada September 2025 telah melewati periode waktu panen. Khususnya di wilayah sentra produksi seperti Simalungun, Karo dan Batubara.
"Secara keseluruhan kombinasi dari faktor cuaca, biaya produksi, dan ketidakseimbangan pasokan permintaan menjadi pemicu utama inflasi selama September," ucapnya.
Baca Juga: Inflasi Sumut Melonjak ke 5,32 Persen pada September, Tekanan Terbesar dari Komoditas Pangan
Ahmadi menjelaskan Dalam upaya pengendalian inflasi di Kota Pematangsiantar beberapa kegiatan telah dilaksanakan seperti, pelaksanaan pasar Murah dan gerakan pangan murah (GPM).
Dalam rangka pengendalian inflasi daerah di seluruh wilayah Sisibataslabuhan, telah dilakukan pelaksanaan Pasar Murah dan GPM yang diperkirakan sebanyak 65 titik.
"Dengan meningkatnya harga komoditas hortikultura maka Pasar Murah dan GPM merupakan solusi jangka pendek untuk menjaga harga tetap terkendali," katanya.
Ia mengatakan pengendalian inflasi juga dilakukan melalui program pekarangan pangan lestari untuk memperkuat ekonomi keluarga dengan mengurangi belanja harian dan membuka peluang usaha dari hasil panen.
"Pada tanggal 15 September 2025, telah dilakukan pemantauan secara berkala dan penilaian terhadap progres penanaman hortikultura berupa tomat, cabai merah, terung dan pokcoy yang dilakukan oleh masing-masing KWT," jelasnya.
Baca Juga: Inflasi Sumut Melonjak ke 5,32 Persen pada September, Tekanan Terbesar dari Komoditas Pangan
Ahmadi menambahkan ke depan, tekanan inflasi diprediksi menurun pada Oktober 2025. di prediksi curah hujan di Sumatera Utara diperkirakan mulai kembali mendekati normal sehingga berdampak pada hasil panen petani yang meningkat menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya penurunan tekanan inflasi di periode mendatang.
"Selain itu, ada indikasi pasokan dari daerah Jawa yang sudah mulai masuk yang mengakibatkan harga cenderung lebih terkendali pada Oktober 2025," tuturnya. (abdi/hm20)
BERITA TERPOPULER
Fenerbahce vs Nice: Preview, Head to Head, Prediksi Skor, Line Up, dan Analisis Taktik Europa League









