Evakuasi Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: 108 Korban, Lima Meninggal Dunia

Petugas SAR Gabungan mengevakuasi korban reruntuhan bangunan Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo, Selasa (30/9/2025). (Foto: Dok. SAR Surabaya/Mistar)
Sidoarjo, MISTAR.ID
Tim SAR gabungan terus berupaya mengevakuasi korban reruntuhan musala tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga Rabu (1/10/2025) pukul 21.00 WIB, tercatat sedikitnya 108 orang menjadi korban. Sebanyak 18 berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat dan lima orang meninggal dunia.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, mengatakan tim SAR berhasil mengevakuasi tujuh korban pada Rabu (1/10/2025).
“Rinciannya, lima korban selamat dan dua ditemukan dalam kondisi meninggal dunia,” ujarnya.
Sebelumnya, tim SAR juga mengevakuasi 11 korban, dengan tiga di antaranya meninggal dunia. Identitas korban meninggal yang sudah terkonfirmasi yaitu:
- Maulana Affan Ibrahimafic, 15 tahun, warga Surabaya
- Mochammad Mashudul Haq, 14 tahun, warga Surabaya
- Muhammad Soleh, 22 tahun, warga Bangka Belitung
Selain itu, korban ke-12 ditemukan pukul 14.42 WIB tanpa identitas dalam kondisi meninggal dunia. Korban yang berstatus Mr. X itu ditemukan dalam posisi sujud di sektor A1 dan telah dibawa ke RS Siti Hajar untuk proses identifikasi tim DVI.
Insiden robohnya bangunan Ponpes Al Khoziny disebut sebagai bencana kegagalan teknologi konstruksi.
Peristiwa bermula ketika proses pengecoran lantai empat dilakukan sejak pagi. Namun saat salat Asar berjamaah berlangsung, diduga tiang pondasi tidak mampu menahan beban tambahan, sehingga seluruh struktur runtuh hingga ke lantai dasar.
Runtuhnya bangunan secara mendadak itu menimpa puluhan santri dan pekerja yang sedang berada di lokasi.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebut kasus ini masuk dalam kategori bencana non-alam yang bersumber dari kegagalan teknologi.
“Kejadian seperti ini perlu diantisipasi melalui penerapan standar keselamatan konstruksi yang ketat,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima detikJatim, Selasa (30/9/2025).
Ia menegaskan, pengawasan teknis harus menjadi perhatian serius, terutama pada pembangunan gedung bertingkat
“Masyarakat dan pengelola bangunan bertingkat diimbau untuk memastikan pengawasan teknis pembangunan agar kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang,” tutur Abdul.[]