Friday, October 3, 2025
home_banner_first
SUMUT

Pemkab Toba dan Pariwisata yang tak Kunjung Berlari

Senin, 18 Agustus 2025 20.54
pemkab_toba_dan_pariwisata_yang_tak_kunjung_berlari

Pemandangan Danau Toba di Kabupaten Toba. (Foto: Nimrot/Mistar)

news_banner

Balige, MISTAR.ID

Sejak 2019, Kawasan Danau Toba resmi menyandang gelar Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP). Dengan kebijakan tersebut, tentunya tujuh kabupaten yang ada di tepian danau terluas di Asia Tenggara itu, akan turut mencicipi dana gelontoran dari pusat.

Tapi entah mengapa, Pemkab Toba yang seharusnya bisa memanfaatkan momentum spesial tersebut dalam mengembangkan sektor pariwisatanya, justru hanya hanyut dalam rapat-rapat seremonial dan acara formalitas. Jalan nasional mulus berkat dukungan pemerintah pusat, namun jalan menuju objek wisata dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan.

Atraksi budaya? Lebih sering hadir di proposal ketimbang di lapangan. Slogan kebersamaan jadi hiasan kata-kata, sementara pariwisata dibiarkan mencari arah sendiri.

Jika dulu para wisatawan lokal mau pun mancanegara hanya mengenal Kota Parapat, kabupaten Simalungun, sebagai daerah tujuan wisata utama. Namun sejak penetapan itu dikeluarkan, Kabupaten Toba dengan ibu kotanya Balige, mulai dikenal di Indonesia, bahkan hingga manca negara.

Pemkab Toba yang saat ini dipimpin Effendi Sintong Panangian Napitupulu dan Wakilnya Audi Murphy O. Sitorus, sepertinya enggan melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan atraksi atau event yang akan dilaksanakan, yang nantinya akan dituangkan dalam Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional (RIDPN) Danau Toba tahun 2024-2044.

Perwujudan nyata motto kabupaten yakni "Tampakna do Rantosna, Rimni Tahi do Gogona" yang jika diterjemahkan memiliki arti "Kebersamaan mencerminkan Kekuatan", tidak terlihat sama sekali.

Sebagai bukti, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Toba, tidak memiliki Rencana Induk Destinasi Pariwisata tahunan dan lima tahunan, sesuai yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 89 tahun 2024, tentang Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional (RIDPN) Danau Toba tahun 2024-2044.

Menyinggung program dan strategi yang dilakukan Dinas Pariwisata Toba terkait program prioritas pembangunan pariwisata tahun ini, Kadis Pariwisata Pemkab Toba, Rusti Hutape, enggan menjelaskannya saat dicoba dikonfirmasi wartawan Mistar pekan lalu.

Alhasil, para pelaku wisata di Kabupaten Toba akhirnya apatis. Mereka tidak paham kemana tujuan pariwisata kabupaten ini. Pengetahuan mereka tentang kepariwisataan sangat minim. Apalagi perhatian pemerintah kepada mereka, seperti perbaikan akses jalan ke lokasi wisata dan pengembangan event-event budaya sangat minim.

Padahal, seharusnya pemerintah kabupaten menggalakkan atraksi atau event-event budaya lokal secara maksimal untuk memperkenalkan alam dan budaya yang ada di Kabupaten Toba.

Kurang Perhatian

Salah seorang pelaku wisata di Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba, Marandus Sirait mengakui kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap pariwisata di kabupaten ini, termasuk di tempat wisata yang dikelolanya yaitu Taman Eden 100 dan Cafe Sungai.

Menurut dia, selain kurangnya kerjasama antar pengelola wisata, juga dibarengi kurangnya perhatian dari pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. Terlebih lagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Toba, menjadikan pariwisata semakin terpuruk.

"Sangat penting dilakukan, pelatihan, pembinaan, dan penataan sehingga terjadi ketertiban di obyek wisata seperti pembentukan peraturan desa, khususnya tentang pengelolaan sampah," ujar Marandus, kemarin.

Untuk mendukung kemajuan pariwisata, lanjutnya, juga penting dukungan dari Dinas Kominfo untuk promosi. Selain juga pemerataan jaringan internet sehingga tidak ada lagi lokasi yang blank spot atau hanya jaringan tertentu saja yang mendapatkan sinyal karena pengunjung menggunakan jaringan yang berbeda-beda.

"Selanjutnya dengan masuknya seluruh jaringan, program hubungan baik dengan pihak bank. Di setiap obyek wisata akan diberlakukan pembayaran non tunai," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, perhatian yang diberikan oleh pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Toba disaat moment-moment penting seperti bencana, mendapat peringatan dari pusat dan UNESCO.

Seperti belum lama, perhatian tertuju ke Taman Eden 100 karena ada evaluasi penilaian dari UNESCO. Kebetulan ini merupakan salah satu Geosite Geopark menjadi warisan dunia yang dilindungi.

"Tiba-tiba mendapat perhatian untuk dibenahi agar keluar dari kartu kuning, padahal selama ini entah kemana?" katanya.

Dinas Pariwisata Kurang Berinovasi

Senada, Anggota Komisi C DPRD Toba, Mutiara Panjaitan juga mengatakan, Dinas Pariwisata Kabupaten Toba sampai saat ini kurang berinovasi dalam mempromosikan pariwisata di Kabupaten Toba.

"Perlu dievaluasi. Saya butuh Kepala Dinas Pariwisata yang inovasinya oke. Jangan kegiatan atau event-event seperti template atau meniru dari tahun ke tahun. Asal ada kegiatan saja. Seperti kegiatan tak bermutu asal anggaran habis," kata Mutiara, Senin (4/8/2025).

Kabupaten Toba menurut Mutiara, sangat beruntung memiliki obyek wisata yang indah yang dipoles oleh alam. Hanya butuh perawatan saja.

"Apa kekurangan kita dari kabupaten lainnya yang berada di tepian Danau Toba? Terlebih adik Kabupaten Toba yakni Kabupaten Samosir yang lebih diminati oleh wisatawan," ujarnya.

"Dalam setiap pertemuan dan rapat dengan dinas pariwisata, selalu disampaikan kelemahan yang paling jelas masalah promosi. Toh sama yang dijual Samosir dengan yang kita jual," sambungnya.

Kabupaten Toba dapat belajar dari Kabupaten Samosir yang selalu melakukan promosi jor-joran, Namun Kabupaten Toba tidak mau bercermin dan belajar, Padahal fasilitas pendukung sektor pariwisata di daerah ini tidak kalah.

"Sudah selayaknya dinas pariwisata memikirkan ide-ide baru melaksanakan event-event yang mampu menghadirkan wisatawan di moment libur sekolah dan libur panjang. DPRD terbuka untuk menyetujui anggaran jika memang ide tersebut benar-benar mampu untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Toba," ucap Mutiara tegas.

Memiliki Potensi Luar Biasa

Pegiat dan pengamat pariwisata, Patrik Lumbanraja mengakui Kabupaten Toba memiliki keunggulan dari letak geografinya jika dibandingkan dengan kabupaten lain di kawasan Danau Toba.

Lokasi obyek wisatanya terbilang cukup mudah dijangkau para wisatawan karena terletak di jalur lintas antar provinsi di Sumatera Utara.

"Terbukti, semula dua event internasional Aquabike dan F1H2O dikabarkan tidak lagi dilaksanakan di Toba sebagai tuan rumah. Namun akhirnya keduanya dilaksanakan juga di Venue Balige, Kabupaten Toba. Alasan utamamnya adalah pengangkutan logistik lebih gampang ketimbang dipindahkan ke kabupaten lain di kawasan Danau Toba," kata Patrik, Rabu (13/8/2025).

Menurut dia, sebagai salah satu bagian dari destinasi wisata super prioritas Indonesia, Kabupaten Toba memiliki potensi luar biasa untuk menjadi model pariwisata berkelanjutan dan inklusif di tingkat nasional. Dengan kekayaan warisan alam berupa kaldera vulkanik terbesar di dunia dan kedalaman budaya Batak yang khas.

Kuliner khas seperti Arsik dan Naniura yang menawarkan pengalaman gastronomi autentik, tentunya akan mampu menawarkan pengalaman budaya Batak yang komprehensif terhadap para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke sana.

"Keberadaan desa-desa tradisional yang masih mempertahankan rumah adat asli dan gaya hidup khas Batak, tentunya bisa ditawarkan sebagai museum hidup yang memungkinkan wisatawan untuk merasakan langsung interaksi dengan budaya lokal yang autentik," sebut Patrik.

Patrik mengungkapkan, pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan Danau Toba telah menjadi prioritas nasional yang tertuang dalam cetak biru (blueprint) pariwisata Republik Indonesia.

Tantangan utamanya adalah bagaimana mengoptimalkan potensi ekonomi dari sektor pariwisata, sambil memastikan pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal berjalan seiring.

"Pemerintah Kabupaten Toba seharusnya mampu mengembangkan Festival Budaya Batak tahunan dengan skala internasional yang menampilkan tarian, musik dan ritual tradisional. Seperti workshop interaktif tenun ulos dan ukir kayu tradisional. Targetnya, memberi wisatawan pengalaman langsung berinteraksi dengan pengrajin lokal," terangnya.

Selain itu, lanjutnya, Pemkab Toba bisa membentuk zona ekowisata dengan menciptakan jalur tracking dengan pemandangan spektakuler Danau Toba, seperti area birdwatching untuk mengamati 120 lebih spesies burung endemik, dan agro-tourism di kebun kopi dan kebun sayur organik yang dikelola oleh petani lokal.

"Demikian juga dengan wisata edukasi dengan membangun pusat interpretasi lingkungan yang menjelaskan sejarah geologis dan keanekaragaman hayati Danau Toba. Program konservasi partisipatif memungkinkan wisatawan terlibat dalam penanaman pohon dan pemantauan kualitas air danau," ucap Patrik lagi.

Melalui pengembangan atraksi wisata yang otentik dan edukatif yang memiliki beberapa keunggulan strategis, sambungnya, akan menciptakan nilai tambah yang unik dan sulit ditiru oleh destinasi lain.

"Tujuannya tentu mendorong wisatawan untuk tinggal lebih lama dan membelanjakan lebih banyak, melestarikan dan menghidupkan kembali tradisi budaya yang terancam punah, serta meningkatkan kesadaran pengunjung tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Hal ini akan membuka lebih banyak peluang kerja bagi penduduk lokal sebagai pemandu dan interpreter budaya," ujarnya. (Nimrot/hm25)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN