Kekeringan di Kawasan Danau Toba Diprediksi Bertahan hingga Akhir Agustus 2025

Pantai Bebas Perapat Danau Toba, Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun. (foto:istimewa/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Kondisi cuaca panas yang menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah kawasan Danau Toba, termasuk Kabupaten Simalungun, diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Agustus 2025.
Hal ini disebabkan dominasi angin Monsun Timur dari Australia yang bersifat kering dan minim uap air.
Prakirawan BBMKG Wilayah I Medan, Utami Al Khairiyah, menjelaskan bahwa musim kemarau di kawasan tersebut masih aktif berdasarkan analisis dinamika atmosfer terbaru.
“Peningkatan curah hujan diperkirakan mulai terjadi secara bertahap pada akhir September hingga Oktober 2025, seiring masuknya masa transisi atau pancaroba,” ujar Utami, Kamis (31/7/2025).
Transisi ke Musim Hujan Mulai Oktober
Setelah musim kemarau berakhir, wilayah sekitar Danau Toba akan memasuki musim pancaroba, yaitu masa peralihan dari kemarau menuju musim hujan.
Aktivitas hujan diperkirakan akan aktif penuh pada Oktober hingga November 2025, seiring pergerakan angin Monsun Asia dan meningkatnya aktivitas konvektif di wilayah barat Indonesia.
Penyebab Cuaca Ekstrem dan Kekeringan
Utami menjelaskan bahwa ada tiga faktor utama penyebab cuaca panas dan kekeringan di kawasan Danau Toba:
1. Dominasi Angin Monsun Timur yang kering dan membawa sedikit uap air.
2. Minimnya pembentukan awan hujan, yang menyebabkan penyinaran matahari langsung ke permukaan tanah.
3. Topografi kawasan Danau Toba, yang dikelilingi bukit, memperkuat efek pemanasan lokal terutama pada siang hari.
“Kondisi geografis Danau Toba membuat pemanasan tanah lebih intens saat siang, sehingga suhu udara meningkat signifikan,” tutur Utami.
Masyarakat diimbau untuk menghemat penggunaan air, menjaga kesehatan, dan mewaspadai potensi kebakaran lahan selama puncak musim kemarau berlangsung. (hamzah/hm27)