Pematangsiantar, MISTAR.ID

Perplexity AI resmi meluncurkan peramban Comet khusus pelanggan Pro di India minggu ini.

Kehadirannya langsung memunculkan pertanyaan besar: mampukah Comet menyaingi dominasi Google Chrome, peramban paling populer di dunia?

Chrome berbasis Chromium sudah menjadi gaya hidup digital bagi banyak orang. Kecepatannya, integrasi lintas perangkat, sinkronisasi multi-platform, serta dukungan dari indeks raksasa Google menjadikannya peramban default jutaan pengguna internet.

Sebaliknya, Comet yang juga berbasis Chromium mengandalkan tren baru berupa AI agent. Dengan integrasi mesin pencari bertenaga AI milik Perplexity, Comet berupaya menyajikan jawaban yang lebih ringkas dan relevan dibanding pencarian tradisional.

Namun, sebagian pengguna masih ragu. Seorang Redditor menilai Comet berpotensi menampilkan hasil yang keliru namun disampaikan dengan yakin. “Pencarian biasa memang lebih primitif, tapi lebih cepat bagi saya untuk menyadari bahwa saya hanya perlu menyesuaikan kueri,” tulisnya, seperti dilansir, Rabu (24/9/2025).

Di sisi lain, pendukung Perplexity menilai Comet sudah lebih unggul untuk mendapatkan jawaban langsung. “Saya suka Perplexity. Performanya lebih baik daripada Google ketika saya menginginkan jawaban, bukan daftar tautan. Tapi memang masih ada ruang perbaikan,” ungkap pengguna Reddit lain.

Meski begitu, penting dicatat bahwa keduanya memiliki tujuan berbeda: Chrome sebagai peramban untuk pencarian tradisional, sementara Comet menawarkan interpretasi jawaban berbasis AI.

Pertarungan ini bisa disamakan dengan David vs Goliath. Chrome yang sudah mapan kemungkinan masih akan bertahan lama. Apalagi, Chrome gratis sedangkan Comet hadir berbayar untuk pengguna Pro. (theweek/hm16)