BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem 13–16 Oktober 2025, Sejumlah Wilayah Diwaspadai Hujan Lebat dan Angin Kencang

Ilustrasi, BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem 13–16 Oktober 2025, Sejumlah Wilayah Diwaspadai Hujan Lebat dan Angin Kencang. (foto:bmkg/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang berpotensi melanda sejumlah wilayah Indonesia pada periode 13 hingga 16 Oktober 2025.
Fenomena ini ditandai oleh peningkatan curah hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, disertai petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi di beberapa perairan.
Kepala BMKG, melalui siaran resmi, mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang terjadi secara cepat dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, hingga banjir bandang.
“Pantau terus informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG dan pastikan lingkungan sekitar tetap bersih serta saluran drainase berfungsi dengan baik,” tulis BMKG dalam keterangan yang dikutip dari laman resminya, Senin (13/10/2025).
Prediksi Cuaca 13–16 Oktober 2025
Dalam periode ini, cuaca di Indonesia secara umum didominasi oleh hujan ringan hingga lebat. Sejumlah daerah yang diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan sedang hingga lebat mencakup wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Sementara itu, wilayah dengan status Siaga (hujan lebat–sangat lebat) meliputi Jawa Barat, Sulawesi Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
BMKG menjelaskan, meningkatnya potensi hujan dipengaruhi oleh aktivitas gelombang Rossby dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang melintas di wilayah Indonesia, ditambah adanya pusat tekanan rendah di Samudra Hindia yang memicu pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan deras.
Imbauan BMKG kepada Masyarakat
BMKG meminta masyarakat di seluruh Indonesia untuk tetap siaga menghadapi potensi cuaca ekstrem selama periode ini. Berikut sejumlah imbauan penting:
1. Waspadai hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
2. Hindari berteduh di bawah pohon besar atau papan reklame saat terjadi badai petir.
3. Tetap gunakan tabir surya dan cukupi asupan cairan, karena cuaca panas dapat terjadi di sela-sela hujan.
4. Hindari pembakaran terbuka di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
5. Siaga menghadapi potensi banjir, banjir bandang, serta tanah longsor, khususnya di daerah berlereng dan padat penduduk.
6. Selalu pantau informasi cuaca terkini melalui:
- Situs resmi: www.bmkg.go.id
- Media sosial: @infoBMKG
- Aplikasi mobile: infoBMKG.
Fenomena Peralihan Musim
BMKG juga menyoroti bahwa periode pertengahan Oktober merupakan masa transisi dari kemarau menuju musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Dalam masa ini, suhu panas di siang hari kerap diikuti oleh pembentukan awan cumulonimbus yang dapat memicu hujan deras disertai petir pada sore hingga malam hari.
Kondisi ini disebut sebagai fase normal tahunan, namun berpotensi menjadi ekstrem jika terjadi ketidakseimbangan suhu permukaan laut dan tekanan udara di wilayah tropis. Oleh karena itu, masyarakat diminta tidak panik, tetapi tetap waspada dan memahami langkah evakuasi bila terjadi bencana alam akibat cuaca ekstrem.
Langkah Siaga Pemerintah Daerah
BMKG juga mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana, terutama di wilayah rawan seperti pesisir barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi bagian tengah, dan pegunungan Papua. Koordinasi lintas instansi, termasuk BPBD, TNI, dan Polri, diharapkan dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan dari hujan lebat dan angin kencang.
Kesimpulan: Periode 13–16 Oktober 2025 menjadi fase krusial di mana sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami cuaca ekstrem dan fluktuatif.
Dengan disiplin memantau informasi BMKG dan menerapkan langkah-langkah mitigasi dini, masyarakat diharapkan dapat mengurangi risiko bencana dan menjaga keselamatan diri serta lingkungan. (*)