Pematangsiantar, MISTAR.ID

Nama Abigail Limuria tengah menjadi perbincangan publik setelah tampil sebagai narasumber di media internasional, termasuk Al Jazeera dan DW News, untuk membahas gelombang demonstrasi menolak sejumlah kebijakan DPR pada 28 Agustus 2025.

Abigail dinilai berani dan konsisten menyuarakan keresahan masyarakat, khususnya generasi muda, sehingga sosoknya dianggap sebagai representasi aktivisme modern Indonesia. Dalam wawancara, ia menjelaskan aspirasi rakyat dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami, membingkai isu politik dengan perspektif generasi muda.

Profil Singkat Abigail Limuria

Lahir di Jakarta pada 10 November 1994, Abigail menempuh pendidikan di Biola University, Amerika Serikat, fokus pada Media and Cinema Arts. Sekembalinya ke Indonesia, ia aktif menginisiasi berbagai platform edukasi dan advokasi sosial-politik, seperti:

1. What Is Up Indonesia (WIUI) – Media independen berbahasa Inggris yang membahas isu sosial-politik dengan sentuhan pop culture dan humor, memudahkan generasi muda memahami politik.
2. Bijak Memilih (Think Policy) – Gerakan edukasi politik yang menghadirkan informasi pemilu objektif dan mengajak anak muda terlibat aktif melalui forum publik.
3. Lalita Project – Buku yang merayakan kisah 51 perempuan inspiratif Indonesia, diterbitkan pada 2019.

Abigail juga berperan dalam merumuskan “17+8 Tuntutan Rakyat”, rangkuman aspirasi demonstran 2025, yang semakin menegaskan posisinya sebagai penghubung antara generasi muda dan kebijakan publik.

Aktivisme yang Mendunia

Keberanian Abigail menarik perhatian media internasional. Ia kerap diminta memberi komentar tentang kondisi politik Indonesia, menjelaskan dinamika unjuk rasa, dan memperlihatkan perspektif anak muda kepada dunia.

Selain aktif di ranah politik, Abigail dikenal dengan gaya fashion minimalis yang kasual hingga semi formal, mencerminkan kepribadian modern dan profesional. Kombinasi kritis, kreatif, dan komunikatif membuatnya menjadi wajah baru aktivisme Indonesia yang relevan di panggung global.

Abigail Limuria membuktikan bahwa aktivisme dan edukasi politik bisa dijalankan dengan cara inklusif, memberdayakan generasi muda, sekaligus membawa suara rakyat ke tingkat internasional.(*)