Wednesday, July 16, 2025
home_banner_first
MEDAN

435 Tahun Kota Medan: Bahagia di Lapangan Merdeka, Resah di Jalanan

journalist-avatar-top
Selasa, 15 Juli 2025 20.41
435_tahun_kota_medan_bahagia_di_lapangan_merdeka_resah_di_jalanan

Ilustrasi, 435 Tahun Kota Medan: Bahagia di Lapangan Merdeka, Resah di Jalanan. (foto:ai/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

"Kota Medan lahir dari sebuah kawasan kecil di muara Sungai Deli, yang kemudian tumbuh menjadi pusat perdagangan, persinggahan budaya dan pintu gerbang strategis di Pulau Sumatera".

Kalimat tersebut merupakan bagian dari kata sambutan Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, saat menjadi Inspektur Upacara peringatan HUT ke-435 Kota Medan di Lapangan Merdeka pada Selasa (1/7/25).

Namun, peringatan hari jadi kota terbesar ketiga di Indonesia ini bukan sekadar selebrasi usia. Ulang tahun ini menjadi cermin kompleksitas Kota Medan sebagai ruang hidup yang beragam latar belakang budaya, bahasa, dan keyakinan.

Keterangan gambar: Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, saat melakukan Sapa Warga di Kecamatan Medan Amplas. (foto:Diskominfo Medan/mistar)

Kota, Bahasa, dan Cermin Realita

Di balik gegap gempita perayaan, terselip wajah lain dari Kota Medan: keresahan yang termanifestasi dalam bahasa gaul khas anak Medan.

Istilah seperti "rayap besi" , "becak hantu" , dan "pompa Medan" bukan hanya lelucon lokal—melainkan bentuk ekspresi sosial yang mencerminkan realitas kriminalitas dan maraknya menggunakan narkoba.

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Gidion Arif Setiawan, mencatat bahwa sepanjang tahun 2024, menangani 7.677 kasus kriminal.

Dari jumlah itu, kasus pencurian dengan pemberatan (curat) mendominasi dengan 3.787 kasus, disusul pencurian kendaraan bermotor (curanmor) sebanyak 1.967 laporan, dan pembongkaran sebanyak 1.428 kasus.

“Total kasus yang berhasil kami selesaikan sebanyak 4.812 kasus,” ujarnya dalam konferensi pers akhir tahun, Jumat (27/12/2024).

Lebih memprihatinkan lagi, kasus narkoba terus meningkat. Dari Januari hingga Juni 2025 saja, telah terungkap 413 kasus dengan 510 tersangka.

Bahasa Gaul: Ekspresi Sosial dan Identitas Lokal

Budayawan Suyadi San, menilai fenomena terciptanya istilah bernada satire tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan bahkan penting dalam perkembangan sebuah bahasa.

“Kalau menurut saya itu bagus. Bagaimana kita bisa mengembangkan kosakata-kosakata baru, walaupun itu belum masuk dalam perkamusan,” katanya kepada Mistar, Rabu (2/7/25).

Menurut Peneliti Bahasa, Sastra dan Komunitas di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu, kemunculan kosakata-kosakata gaul ini adalah bentuk ekspresi sosial masyarakat Medan. Selain itu juga bisa menjadi ciri atau identitas orang Medan yang menghasilkan bahasa-bahasa lokal atau gaul.

Berbeda dari istilah formal yang sering lahir dari lembaga atau institusi, kosakata seperti rayap besi atau pompa Medan justru muncul dari masyarakat bawah.

“Selama ini bahasa gaul kita ikut dari luar. Bahasa-bahasa gaul Jakarta. Nah sebenarnya kalau kita bisa menciptakan bahasa gaul dan memang itu sudah bermasyarakat dan itu sesuatu yang viral, ya bagus,” tuturnya.

Meski terkesan seperti bahasa sandi atau kode antar kelompok tertentu, istilah-istilah ini kini telah meluas penggunaannya di kalangan masyarakat umum di Medan.

Suyadi menyebutkan, hal itu menandakan kosakata tersebut sudah diterima dan menjadi bagian dari percakapan publik. Namun, ia mengingatkan agar media massa turut berperan dalam menjembatani pemahaman publik atas istilah-istilah tersebut.

“Media bisa memviralkan gitu. Tapi nanti supaya maknanya tidak bias, apabila ditulis di media harus disebut juga dalam kurungnya arti sebenarnya,” ujarnya.

Keterangan gambar: Foto udara Istana Maimun yang berdiri di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (2/7/25). (f:adil situmorang/mistar)

Suyadi mencontohkan, banyak kosakata populer yang dulunya hanya digunakan sebagai bahasa sandi di kalangan terbatas, kini telah diketahui maknanya oleh masyarakat umum. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan terbuka.

“Ini bisa menjadi nilai pendidikan juga. Bahwasannya bahasa itu memang lahir dari bawah,” ucapnya.

Dalam perspektif antropologi linguistik, lanjut Suyadi, kemunculan kosakata-kosakata semacam ini sangat diperlukan.

“Temuan-temuan terbarukan gitu ya. Jadi para periset bisa mengumpulkan kosakata-kosakata baru. Kalau bisa jangan hanya tiga kota kata itu saja. Lahir lagi kosakata baru dari bawah yang memang disosialisasikan media,” katanya lagi.

Ia berpesan agar anak muda tetap merawat bahasa Indonesia di ruang publik, sembari tetap kreatif menciptakan kosakata baru yang relevan dengan konteks sosial mereka.

“Silakan kembangkan kosakata-kosakata baru, tapi tetap juga menjaga muruah bahasa Indonesia. Bisa menguasai bahasa asing itu juga lebih bagus, kemudian mewarisi bahasa lokal, bahasa daerah,” ujarnya.

Interaksi Budaya dan Dinamika Sosial

Pengamat Hukum dan Sosial Kota Medan, Janpatar Simamora, menyebut bahwa istilah-istilah tersebut muncul akibat interaksi budaya yang dinamis.

Dimana, belakangan di kota Medan cukup ramai dibicarakan istilah rayap besi (pencuri besi) becak hantu (pencurian dengan menggunakan becak) dan pompa Medan (penyalahgunaan narkoba).

“Munculnya sejumlah istilah gaul di Medan tidak terlepas dari adanya interaksi antar budaya yang sangat dinamis di Kota Medan,” ujar Janpatar Simamora Rabu (2/7/25) kepada Mistar.

Jika dilihat sekilas, lanjutnya, hal itu lumrah sebagai bentuk kreativitas anak muda yang begitu dekat dengan dunia medsos. Namun, yang terpenting adalah, istilah yang dimunculkan semestinya tetap dalam batas-batas kewajaran, serta tidak sampai menimbulkan konflik di tengah-tengah masyarakat.

“Saya kira faktor utamanya sangat erat dengan sikap responsif generasi muda dalam mencermati realitas sosial yang berkembang. Mungkin saja ini muncul secara spontan sebagai bentuk reaksi mereka,” tegasnya lagi.

Dekan Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen Medan ini mengatakan, berkaitan dengan banyaknya peredaran narkoba di wilayah Kota Medan, harusnya bisa diatasi. Namun hal tersebut bisa terwujud apabila semua pihak melakukannya secara komprehensif.

“Kepolisian, kejaksaan dan pengadilan diharapkan dapat menegakkan hukum secara tegas atas setiap peristiwa dimaksud. Selain itu Pemerintah Daerah (Pemda), juga harus turut serta melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya ragam kriminalitas,” timpalanya.

Selain pemerintah, lanjut Janpatar, keluarga juga harus mengambil peran penting dan utama dalam mendidik generasi muda agar tidak terjerumus dalam berbagai perbuatan yang melanggar hukum," tukasnya.

DPRD Dorong Aksi Konkret Pemerintah

Ketua DPRD Medan, Wong Chun Sen blak-blakan menyebutkan, berbagai persoalan kamtibmas yang terjadi di Kota Medan, mustahil diberantas jika pemerintah dan masyarakat tak benar-benar bergandengan tangan.

Untuk itu, ia mendesak Pemko Medan segera membentuk tim khusus anti narkoba sebagai langkah nyata, bukan sekadar seremonial.

“Segala urusan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, kita harapkan bisa semakin baik lagi diberikan Pemko Medan. Kami duduk di gedung DPRD Medan ini juga untuk kepentingan masyarakat. Sudah sepatutnya kebutuhan masyarakat harus kami perjuangkan,” tegas Wong saat diwawancarai Mistar, Selasa (1/7/2025).

Yang tak kalah penting, kata Wong, permasalahan narkoba dan kriminalitas harus diberantas habis di Kota Medan.

“Dua permasalahan tersebut sangat sulit diberantas di Kota Medan. Makanya dengan momentum HUT Kota Medan ini, saya harap semua pihak bisa bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif di tengah-tengah masyarakat. Pemko Medan tentu tidak akan bisa sendiri wmujudkannya, makanya semua harus bergandeng tangan,” katanya.

Keterangan gambar: Ketua DPRD Medan, Wong Chun Sen. (foto:dokumen/mistar)

Sebagai bentuk keseriusan pemberantasan narkoba, Wong mengaku dalam waktu dekat Pemko Medan bersama pihak kepolisian dan BNNP Provinsi Sumut juga akan membentuk tim anti narkoba.

“Dalam waktu dekat wacananya juga akan dibentuk BNN Kota Medan. Saat ini juga lagi disusun timnya. Ini lah bukti konkret Pemerintah bersama Kepolisian dalam memberantas narkoba di Kota Medan,” ujarnya.

Kepada generasi muda di Kota Medan, Politisi PDIP ini mendorong kawula muda untuk terus berkreativitas dan mengembangkan kemampuan individu.

“Jauhi perilaku negatif yang dapat merugikan diri sendiri. Terus kembangkan segala potensi dalam diri yang dapat membawa nama baik keluarga, bangsa dan negara. Kami di legislatif dan Pemko Medan selalu mendukung kegiatan positif kawula muda,” tutupnya.

Warisan Leluhur, Identitas, dan Harapan

Anggota Komisi A DPRD Sumatera Utara (Sumut), Irham Buana Nasution, mengingatkan kalau warisan leluhur dan kearifan lokal Kota Medan adalah keras dalam mengambil keputusan untuk kepentingan umum yang positif.

“Identitas Kota Medan dengan watak keras yang dikembangkan harus bisa dipahami. Watak masyarakatnya itu keras dalam bertindak dalam mengambil keputusan untuk kepentingan positif masyarakat,” ujarnya pada Mistar, Rabu (2/7/25).

Menurutnya, paradigma keras yang mengarah pada sebuah tindakan kejahatan dan kekerasan harus segera dihapuskan, khususnya menyongsong bertambahnya usia Kota Medan.

“Citra buruk Kota Medan yang diasumsikan sebagai kota preman harus dihapuskan. Karena itu identik yang tidak baik, padahal kota ini mengedepankan perilaku persahabatan,” ucapnya.

Politikus Partai Golkar tersebut menjelaskan, di tengah kondisi publikasi digital, situasi pemahaman kekerasan yang ada di Kota Medan ditengarai memicu rasa khawatir bagi para pengunjung ataupun turis yang akan mendatangi ke kota ini.

“Kita melihat, banyak turis yang datang ke Kota Melayu ini yang memosting kekhawatirannya di sosial media seperti youtube dan tiktok saat berkunjung di kota ini,” kata Irham.

Irham mengatakan, identitas Kota Medan terdiri dari beragam komunitas yang bervariasi. Walaupun dijuluki sebagai Tanah Melayu, Irhamn menyebutkan Medan tidak menjadi kota milik salah satu suku dominan.

“Medan adalah miniatur Indonesia. Untuk menghadapi berbagai persoalan keamanan di kota ini, diperlukan ketegasan dan pendekatan humanis,” ucapnya.

Yang paling penting, sambung Irham, ketenteraman dan ketertiban di Kota Medan harus ditingkatkan untuk mencapai kenyamanan dan keamanan masyarakat, dengan ujung tombaknya Polrestabes Medan.

Keterangan gambar: Anggota Komisi A DPRD Sumatera Utara (Sumut), Irham Buana Nasution. (foto:dokumen/mistar)

Untuk itu, Irham menilai anggaran keamanan harus ditingkatkan, mengingat selama ini anggaran keamanan hanya ada di kepolisian.

“Kemarin kita juga sudah membentuk Perda tentang ketertiban dan ketenteraman masyarakat dengan melibatkan satuan Satpol PP di setiap kelurahan ataupun desa di Sumut,” ucapnya.

Ia menyampaikan, jika Perda tersebut direalisasikan dengan baik, peran masyarakat, khususnya pemuda meliputi karang taruna, remaja masjid dan lainnya, akan terlibat dalam perubahan Kota Medan ke arah yang lebih baik.

“Saya berpandangan, Kota Medan adalah kota yang pemudanya kreatif. Apalagi dengan berbagai dinamika dan ikon kreatifitasnya. Ini harus kita manfaatkan dengan maksimal,” ujarnya.

Lebih lanjut, Irham berharap, di bawah kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, Rico dan Zaki, Medan dapat berbenah menjadi kota yang maju, kreatif, dengan segala program strategisnya.

Ulang Tahun Bukan Sekadar Seremoni

Perayaan HUT ke-435 Kota Medan menjadi momentum untuk refleksi. Di balik spanduk ucapan dan perayaan kembang api, tersimpan tantangan besar: kriminalitas jalanan, otomotif, dan keresahan sosial yang nyata.

Namun, seperti halnya bahasa yang tumbuh dari bawah, harapan juga muncul dari masyarakat itu sendiri—lewat kreativitas, interaksi budaya, dan dorongan untuk terus memperbaiki kota yang mereka cintai. (susan/matius/ari/rahmad/hm01/hm27)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN