Thursday, July 3, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

India Tuding Prada Jiplak Desain Sandal Tradisional Kolhapuri

journalist-avatar-top
Kamis, 3 Juli 2025 15.59
india_tuding_prada_jiplak_desain_sandal_tradisional_kolhapuri

Ilustrasi. (foto: internet)

news_banner

New Delhi, MISTAR.ID

Rumah mode ternama asal Italia, Prada, tengah menjadi sorotan setelah memamerkan sandal kulit terbuka dalam peragaan busana pria di Milan pekan lalu. Meski hanya disebut sebagai “sandal kulit,” desain tersebut menuai kontroversi di India karena dianggap menjiplak Kolhapuri Chappal—sandal tradisional khas dari Kolhapur, Maharashtra.

Sandal Kolhapuri dikenal sebagai kerajinan tangan yang memiliki akar sejarah panjang sejak abad ke-12. Ciri khasnya adalah pola anyaman rumit dan konstruksi kulit asli yang tahan lama. Namun, Prada tidak mencantumkan asal usul budaya India dalam presentasi desainnya, memicu reaksi keras dari publik, pengrajin, dan politisi di India.

Sandal yang belum dirilis secara komersial itu diperkirakan akan dibanderol lebih dari $1.200 (sekitar Rp19,5 juta). Padahal, di pasar lokal India, Kolhapuri asli hanya dijual sekitar Rp200 ribu.

Prada Akui Terinspirasi Budaya India

Menanggapi kontroversi yang merebak di media sosial dan media arus utama, Kamar Dagang Maharashtra mendesak Prada untuk mengakui asal budaya desain sandal tersebut.

Dalam surat terbuka, Lorenzo Bertelli, pewaris dan Direktur Pemasaran Prada, menyatakan desain itu memang terinspirasi dari kerajinan tradisional India.

“Kami mengakui bahwa desain ini terinspirasi dari alas kaki tradisional India yang sarat nilai budaya,” ujar Bertelli, seperti dikutip Reuters.

Ia juga menambahkan bahwa sandal tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum tentu akan diproduksi massal. Namun, Bertelli menegaskan bahwa Prada berkomitmen terhadap praktik desain yang etis dan membuka ruang kolaborasi dengan komunitas pengrajin lokal untuk menjamin pengakuan dan apresiasi terhadap keahlian mereka.

Bukan Kasus Pertama di Dunia Fesyen

Tudingan penjiplakan semacam ini bukanlah hal baru di industri mode global. Pada 2014, desainer Inggris Paul Smith juga menuai kecaman karena memasarkan sandal bernama “Robert” yang dinilai meniru Peshawari Chappal dari Pakistan. Setelah muncul kritik luas, Paul Smith akhirnya mencantumkan bahwa desainnya terinspirasi dari Peshawari.

Sebagai langkah perlindungan, Kamar Dagang Maharashtra kini tengah mengupayakan pendaftaran hak paten internasional atas Kolhapuri Chappal. Meski di dalam negeri sandal ini telah dilindungi melalui status Geographical Indication (GI), perlindungan global dinilai penting untuk mencegah pelanggaran hak cipta oleh merek-merek asing.

Mengutip hukum India, meniru desain produk berlabel GI tanpa izin atau bagi hasil merupakan pelanggaran hukum. Hingga 2024, tercatat 603 produk India telah terdaftar sebagai GI.

Pengrajin Dalit Terpinggirkan di Negeri Sendiri

Di balik sorotan global ini, pengrajin Kolhapuri—kebanyakan berasal dari komunitas Dalit—masih menghadapi tantangan besar di dalam negeri. Mereka kesulitan memperoleh bahan baku kulit akibat kebijakan perlindungan sapi yang semakin ketat sejak pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dari Partai Bharatiya Janata (BJP) berkuasa.

Serangan terhadap pengangkut sapi oleh kelompok Hindu nasionalis telah berdampak langsung terhadap mata pencaharian pengrajin sandal, yang sebagian besar berasal dari komunitas muslim dan Dalit—kelompok yang selama ini termarginalkan.

Kelompok aktivis Dalit Voice menekankan pentingnya pengakuan terhadap warisan budaya ini. Dalam unggahan di media sosial, mereka menyatakan bahwa Kolhapuri bukan sekadar alas kaki, tetapi simbol identitas dan perlawanan komunitas.

“Kolhapuri chappal adalah sejarah kami, identitas kami, dan bentuk perjuangan kami,” tulis mereka. “Berikan penghormatan yang layak atas warisan ini.” (mtr/hm24)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN