Monday, October 13, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Harapan Baru Gaza: Hamas Bebaskan Sandera, Trump Hadiri Konferensi Perdamaian di Mesir

Mistar.idSenin, 13 Oktober 2025 15.06
RF
harapan_baru_gaza_hamas_bebaskan_sandera_trump_hadiri_konferensi_perdamaian_di_mesir

Sebuah konvoi yang membawa sandera yang dibebaskan tiba di Reim, Israel selatan, 13 Oktober 2025. (foto:reuters/amircohen/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Sebuah titik balik bersejarah yang terjadi di Gaza. Hamas secara resmi membebastugaskan tujuh sandera warga Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat. Langkah ini menjadi sinyal kuat menuju rekonsiliasi politik yang lebih luas menjelang Konferensi Perdamaian Gaza di Sharm el-Sheikh, Mesir.

Menurut laporan The Guardian, para sandera yang dibebaskan adalah Matan Engerst, Guy Gilboa Dalal, Alon Ohel, Gali dan Zivi Berman, Eitan Mor, serta Omari Moran. Mereka telah ditahan selama lebih dari dua tahun di Gaza sebelum akhirnya diserahkan ke Palang Merah Internasional untuk menjalani pemeriksaan medis, lalu dikembalikan ke keluarga mereka di perbatasan Re'im, Israel.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Israel mengadakan pembebasan sekitar 1.900 tahanan Palestina . Pertukaran ini dipandang sebagai langkah awal menuju stabilitas baru pascaperang, meskipun sejumlah pihak menilai kesepakatan itu masih rawan pelanggaran.

Trump dan El-Sisi Pimpin Konferensi Perdamaian Gaza

Kedatangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Israel menegaskan komitmen Washington dalam mendorong pelaksanaan gencatan senjata dan perdamaian jangka panjang. Trump menghadiri Konferensi Perdamaian Gaza di Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Senin (13/10/2025), bersama Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi yang akan bertindak sebagai co-chair.

Konferensi tersebut akan membahas tiga agenda utama:

1. Bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza yang porak-poranda akibat perang.

2. Penataan keamanan termasuk pembentukan pasukan pengawas internasional bersama.

3. Tata kelola pemerintahan pascakonflik, apakah tetap di bawah Hamas atau dibentuk melalui badan transisi internasional.

Selain Amerika Serikat dan Mesir, konferensi ini juga dihadiri oleh perwakilan Qatar, Turki, Uni Eropa, dan PBB. Para diplomat berharap forum tersebut dapat menghasilkan peta jalan konkret untuk rekonstruksi dan stabilisasi kawasan yang telah dua tahun dilanda krisis kemanusiaan.

Kebebasan Pers Jadi Sorotan Global

Di tengah momentum perdamaian, isu kebebasan pers ke permukaan. Sejumlah organisasi jurnalis internasional menghancurkan agar Israel membuka akses penuh bagi media untuk meliput kondisi di Gaza, setelah selama konflik akses tersebut sangat dibatasi dengan alasan keamanan.

Sejak pecahnya konflik pada tahun 2023, puluhan jurnalis tewas dan banyak lainnya ditahan saat bertugas. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menilai bahwa tanpa akses independen, dunia kehilangan sumber informasi penting tentang dampak kemanusiaan konflik.

“Transparansi adalah bagian dari perdamaian. Tanpa kebebasan pers, dunia tak akan mengetahui kebenaran di balik perjanjian ini,” tulis CPJ dalam pernyataan resminya.

Tantangan Pasca-Gencatan Senjata

Meski perjanjian ini membawa secercah harapan, tantangan ke depan tidak ringan. Negosiasi lanjutan tentang pengawasan keamanan, distribusi bantuan, dan status politik Gaza masih berpotensi memicu tarik-ulur kepentingan antara Israel, Hamas, serta mediator negara-negara.

Pengamat Timur Tengah menilai keberhasilan konferensi di Sharm el-Sheikh akan sangat bergantung pada komitmen kedua pihak untuk menepati janji gencatan senjata dan membuka jalan bagi pemerintahan yang inklusif dan berkeadilan di Gaza. (berbagaisumber/*)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN