CEO Air India: Jangan Ambil Kesimpulan Prematur Terkait Kecelakaan di Ahmedabad

Kecelakaan pesawat Air India di Ahmedabad, India, Kamis (12/6/2025). (foto:dokumen/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat Air India yang terjadi bulan lalu di Ahmedabad masih jauh dari selesai.
CEO Air India, Campbell Wilson, mengimbau agar publik tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, menyusul dirilisnya laporan awal oleh pihak penyelidik.
Dalam sebuah memo internal yang ditinjau Reuters, Wilson menekankan pentingnya menunggu hasil akhir penyelidikan sebelum membentuk opini.
Memo tersebut dirilis tak lama setelah muncul laporan yang menyebutkan adanya kebingungan di kokpit sesaat sebelum jatuhnya pesawat Boeing 787 Dreamliner, yang menyebabkan 260 orang meninggal dunia.
Laporan awal menyebutkan bahwa saklar pemutus pasokan bahan bakar ke mesin pesawat secara tak sengaja aktif hampir secara bersamaan, yang menyebabkan mesin kehilangan bahan bakar dan pesawat kehilangan daya dorong.
“Publikasi laporan awal ini merupakan tahap di mana kita, bersama dunia, mulai menerima informasi lebih rinci tentang apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini, tentu saja, memberikan kejelasan tambahan namun juga menimbulkan pertanyaan baru,” kata Wilson dalam memo itu, sebagaimana dikutip, Senin (14/7/2025).
Ia menambahkan, “Laporan ini belum menyebutkan penyebab pasti maupun memberikan rekomendasi. Oleh karena itu, saya mengimbau semua pihak untuk tidak membuat kesimpulan prematur, karena penyelidikan masih berlangsung.”
Pesawat Boeing 787 Dreamliner yang berangkat dari Ahmedabad menuju London dilaporkan mengalami kehilangan daya dorong dan mulai menurun beberapa saat setelah lepas landas, sebagaimana tertuang dalam laporan dari Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB).
Memo tersebut juga mengungkapkan bahwa tidak ditemukan adanya kegagalan mekanis maupun kelalaian dalam pemeliharaan. Semua prosedur perawatan pesawat dinyatakan telah dilakukan sesuai ketentuan.
Laporan awal yang dirilis juga menyatakan tidak ada tindakan segera yang perlu dilakukan terhadap Boeing atau General Electric (GE) selaku produsen mesin pesawat tersebut.
AAIB, yang berada di bawah naungan Kementerian Penerbangan Sipil India, memimpin investigasi atas insiden tragis ini. Kecelakaan tersebut menewaskan 241 dari 242 orang di dalam pesawat serta 19 orang lainnya yang berada di darat.
Sejak kecelakaan itu, Air India menjadi sorotan dalam berbagai aspek operasional. Pada 4 Juli lalu, Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengumumkan akan menyelidiki anak usaha Air India, yakni Air India Express.
Hal ini dipicu laporan Reuters yang mengungkapkan bahwa maskapai tersebut tidak segera mengganti suku cadang mesin pada Airbus A320 sesuai mandat dan bahkan memalsukan catatan untuk menunjukkan kepatuhan.
Sementara itu, ALPA India—organisasi yang mewakili pilot India dalam Federasi Internasional Asosiasi Pilot Jalur Udara (IFALPA) yang berbasis di Montreal—menolak anggapan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan pilot. Mereka menyerukan dilakukannya penyelidikan yang adil dan berbasis fakta.
“Organisasi pilot harus dilibatkan dalam proses penyelidikan, setidaknya sebagai pengamat,” ujar Presiden ALPA India, Sam Thomas, kepada Reuters. (*)