Tragedi Maut Terulang: MT Federal II Meledak Lagi di Batam, 10 Tewas dan 18 Terluka

Ilustrasi, Tragedi Maut Terulang: MT Federal II Meledak Lagi di Batam, 10 Tewas dan 18 Terluka. (foto:kalimantanlive/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Ledakan hebat kembali terjadi di galangan kapal PT ASL Shipyard Indonesia, Tanjung Uncang, Batam, Rabu (15/10/2025) pagi. Kapal tanker MT Federal II meledak saat proses perbaikan berlangsung, menewaskan 10 pekerja dan melukai 18 lainnya. Ironisnya, ini adalah insiden kedua dalam kurun waktu kurang dari empat bulan — dan kapal yang sama.
Ledakan Dini Hari: Antara Kecelakaan dan Kelalaian
Insiden terjadi sekitar pukul 04.00 WIB. Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Pol Asep Syafrudin, membenarkan jumlah korban dan memastikan proses penyelidikan masih berlangsung.
“Hingga kini ada 10 korban meninggal dunia dan 18 luka-luka. Korban dirawat intensif di beberapa rumah sakit,” ujar Asep di lokasi kejadian.
Salah satu pekerja yang selamat memberikan kesaksian mengejutkan: blower udara dalam tangki mati sebelum ledakan, menyebabkan asap hasil pemotongan logam tertahan di dalam. Saat itu, mereka masih menggunakan alat pemotong berbasis api, sementara sisa minyak mentah belum dibersihkan seluruhnya.
“Blower mati, panas dari bawah terasa, lalu meledak,” ungkapnya dari RS Mutiara Aini.
Tragedi yang Sama, Kapal yang Sama, Lokasi yang Sama
Insiden ini bukan kali pertama dialami MT Federal II. Sebelumnya, pada 26 Juni 2025, kapal yang sama terbakar di galangan yang sama, menewaskan 4 pekerja. Saat itu, dua staf HSE perusahaan ditetapkan sebagai tersangka karena kelalaian prosedur keselamatan kerja.
“Kapal MT Federal II, kapal yang sama,” kata Kapolsek Batu Aji, AKP Raden Bimo Dwi Lambang.
Fakta bahwa kapal ini kembali terbakar menimbulkan pertanyaan besar soal standar keselamatan kerja dan pengawasan internal, terutama oleh PT ASL Shipyard selaku pengelola lokasi.
Sistem HSE Kembali Dipertanyakan
Padahal, setelah insiden Juni lalu, sistem Health, Safety, and Environment (HSE) perusahaan seharusnya sudah diperbaiki. Namun, kesaksian pekerja dan hasil awal penyelidikan menunjukkan bahwa pengawasan tetap longgar.
“Blower mati saat kami kerja cutting. Sisa minyak masih ada. Kami kerja pakai api,” kata korban selamat.
Ini menunjukkan potensi pelanggaran prosedur keselamatan yang bisa berujung pada tindak pidana kelalaian — apalagi jika terbukti bahwa peralatan tidak layak pakai atau tidak diuji keselamatannya.
Tangis di Rumah Sakit, Keluarga Korban Menanti Kabar
Di RS Mutiara Aini, duka menyelimuti ruang identifikasi jenazah. Empat dari 18 korban luka kini dirawat di ICU dalam kondisi kritis. Pihak rumah sakit dan kepolisian masih terus mendata serta memfasilitasi keluarga yang datang untuk mengidentifikasi korban.
“Mudah-mudahan 18 korban luka bisa selamat,” kata Irjen Asep.
Sebagian besar korban merupakan pekerja harian lepas, yang sangat mungkin tidak memiliki perlindungan kerja layak. Hal ini memperkuat urgensi evaluasi menyeluruh terhadap sistem ketenagakerjaan di sektor perkapalan.
Mendesak: Audit Total Industri Galangan Kapal di Batam
Batam adalah sentra industri maritim nasional. Namun, dua insiden mematikan yang melibatkan kapal sama dalam waktu singkat menunjukkan bahwa standar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) mungkin hanya formalitas. (berbagaisumber/hm27)