Pengamat Ekonomi Sebut Penurunan Harga Beras Akibat Penyaluran SPHP Belum Dipastikan

Pekerja sedang mengangkat beras SPHP di Gudang Bulog. (foto: Adil Situmorang/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin memandang harga beras yang turun karena penyaluran beras SPHP masih terlalu dini untuk disimpulkan.
Menurutnya, ada beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu beras yang didistribusikan Bulog harus menjadi market leader di pasar. Setidaknya 50 persen beras Bulog yang beredar bisa berubah harga.
"Harga Pokok Produksi (HPP) beras di Sumatera Utara (Sumut) masih mahal, Gabah Kering Giling (GKG) masih di atas Rp7.000 hingga Rp8.500 per kilogram (kg). Dalam hal ini, harga beras di level produsen mahal," katanya, Selasa (15/7/2025).
Gunawan mengatakan distribusi beras Bulog dalam hal ini SPHP mendistribusikan kepada empat saluran, yaitu outlet binaan pemda, koperasi desa merah putih, dan gerakan pangan Bulog.
"Maka, tidak semua beras Bulog yang disalurkan berhadap-hadapan (head to head) dengan beras yang ada di pasar. Meski harga beras SPHP murah dan ada peluang menekan harga beras lain, tapi distribusi belum menjamin keefektifan dapat menekan harga beras," ujarnya.
Gunawan mengatakan, pasar juga turut melihat lama kebijakan distribusi SPHP akan berjalan, termasuk banyaknya beras yang disalurkan.
"Sejauh ini, pasar yakin jika kebijakan Bulog tidak akan bertahan lama. Kemudian, dalam waktu dekat akan ada panen raya, jadi harga akan berpeluang turun meski Bulog tidak menyalurkan beras SPHP," ucapnya. (Amita/hm18)