BUMI Kuasai 100% Wolfram Limited, Saham Melejit 34,6 Persen

Logo PT BUMI Resources Tbk. (foto:emtrade/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) resmi menguasai penuh perusahaan tambang emas asal Australia, Wolfram Limited (WFL), setelah menuntaskan pembelian sisa saham senilai Rp2,21 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Senin (10/11/2025), BUMI menyelesaikan akuisisi 0,32 persen saham atau 400.670 lembar saham WFL. Nilai transaksi setara 200.335 dolar Australia atau sekitar Rp2,21 miliar.
Langkah ini melengkapi rangkaian akuisisi yang membuat BUMI kini memegang 100 persen saham WFL. Total nilai transaksi keseluruhan mencapai Rp698,98 miliar atau sekitar 63,5 juta dolar Australia.
“Dengan demikian, perseroan telah menjadi pemegang 100 persen saham di WFL, dengan total nilai transaksi sebesar Rp698.982.554.975 atau 63.500.005 dolar Australia,” ujar Direktur Bumi Resources, R.A. Sri Dharmayanti.
Wolfram Limited dikenal sebagai perusahaan tambang logam mulia yang fokus pada tembaga dan emas di Australia. Akuisisi ini memperluas portofolio bisnis BUMI di luar batu bara sekaligus memperkuat strategi diversifikasi pendapatan.
Pasar merespons positif langkah tersebut. Saham BUMI pada perdagangan Senin (10/11/2025) naik 6,38 persen ke level Rp150 per saham. Sejak awal tahun, saham emiten Grup Bakrie ini telah menguat 21,95 persen dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp55,7 triliun.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kompak menguat pada perdagangan Selasa (11/11/2025). Saham BUMI melonjak 34,67 persen, sementara GOTO naik 2,99 persen.
Menurut data BEI, sebanyak 23,7 juta saham BUMI ditransaksikan dengan frekuensi 299.500 kali dan nilai transaksi mencapai Rp4,32 triliun. Sedangkan 8,5 miliar saham GOTO berpindah tangan dengan nilai transaksi Rp577,8 miliar.
Data Stockbit mencatat, saham BUMI menjadi yang paling banyak diborong investor asing pada jeda siang, dengan net foreign buy mencapai 2,62 miliar saham. Sementara itu, GOTO menempati posisi kedua dengan net foreign buy sebanyak 1,79 miliar saham.
Lonjakan harga saham BUMI sejalan dengan kabar bahwa perusahaan tersebut telah menguasai 100 persen saham Wolfram Limited (WFL).
Sementara itu, saham GOTO terdorong oleh rumor rencana merger antara GoTo dan Grab, yang tengah dibahas dalam konteks rancangan Peraturan Presiden (Perpres) terkait ojek daring. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara disebut akan ikut terlibat dalam proses pembahasan ini.
Laju harga saham BUMI semakin lincah. Hingga pukul 15.10 WIB, saham BUMI melejit hingga batas Auto Reject Atas (ARA) sebesar 34,66 persen ke level Rp202 per saham.
Berdasarkan data BEI, kenaikan 52 poin itu terjadi setelah 25 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp4,6 triliun dalam 315.815 kali perdagangan.
Harga saham BUMI juga mencatat rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir atau tertinggi sejak 2022, menurut data Bloomberg. Volume transaksi hari ini menjadi yang tertinggi sepanjang tahun, nyaris 10 kali lipat di atas rata-rata harian.
Secara fundamental, kinerja keuangan BUMI belum sekuat pergerakan sahamnya. Emiten tambang kongsi Grup Salim dan Grup Bakrie ini mencatat laba bersih sebesar US$29,4 juta atau Rp490 miliar (kurs Rp16.666 per dolar AS) sepanjang Januari–September 2025.
Angka itu turun 76,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$122,86 juta atau Rp1,98 triliun. Pendapatan BUMI pada periode tersebut tercatat US$1,03 miliar, tertekan oleh penurunan harga batu bara global.
“Kinerja produksi dan penjualan perseroan tetap stabil di tengah kondisi pasar yang menantang, menunjukkan efektivitas pengelolaan operasional dan pengendalian biaya yang konsisten,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi.
Rata-rata harga jual Free on Board (FOB) turun menjadi US$60,4 per ton, melemah 18 persen dari US$73,7 per ton. Volume produksi dan penjualan juga menurun masing-masing 4 persen dan 2 persen menjadi 54,9 juta ton dan 54,5 juta ton.
Analis Sucor Sekuritas, Yoga Ahmad Gifar, memperkirakan laba bersih BUMI tahun penuh 2025 akan sedikit turun menjadi US$66 juta, terdampak oleh harga jual rata-rata (ASP) yang lebih rendah di KPC dan Arutmin.
“Asumsi dasar kami menggunakan ASP konservatif sebesar US$68 per ton untuk KPC dan US$55 per ton untuk Arutmin, dengan biaya tunai masing-masing US$60 dan US$49 per ton, yang berujung pada penurunan margin,” ujarnya dalam riset terbaru, Selasa (11/11/2025).
Namun, laba BUMI diprediksi akan melonjak 14 persen (YoY) pada 2026 menjadi US$72 juta, didorong stabilnya harga batu bara, turunnya biaya bahan bakar, serta manfaat penuh dari penurunan tarif royalti IUPK.
Yoga menilai BUMI masih berada pada tahap awal proses pemulihan jangka panjang, dengan profitabilitas yang berangsur membaik berkat diversifikasi bisnis, efisiensi struktur permodalan, dan disiplin biaya yang ketat. (hm16)
PREVIOUS ARTICLE
Redenominasi Rupiah, Pengamat: Dampaknya Bersifat HipotesisNEXT ARTICLE
Meski Tren, Judi Online Menurun























