Analisis Pengamat: Inflasi Juli 2025 di Sumut Dipicu Pasokan Terganggu dan Permintaan Naik

Pedagang cabai dan bawang di Kota Medan. (foto:amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa inflasi yang terjadi di Sumut pada Juli 2025 sebagian besar dipicu oleh kombinasi gangguan pasokan (supply shock) dan peningkatan permintaan (demand push).
Ia menyoroti lonjakan harga bawang merah sebagai dampak dari masalah pasokan. Sekitar 80 persen pasokan bawang merah di Sumut bergantung pada Sumatera Barat. Sementara harga di Jawa yang lebih kompetitif turut mendorong harga di Sumut naik.
Bawang Merah dan Beras Jadi Pemicu Inflasi dari Sisi Produksi
Menurut Gunawan, kenaikan harga bawang merah di Sumut merupakan bentuk inflasi "impor" dari daerah lain. Sementara itu, kenaikan harga beras terjadi akibat faktor produksi.
Musim panen yang telah usai dan melonjaknya harga gabah yang mencapai Rp8.300 per kilogram pada Juli menjadi faktor utama pendorong inflasi.
“Bawang merah naik karena pasokan terbatas, sedangkan harga beras terdorong naik akibat mahalnya harga gabah,” kata Benyamin.
Ia juga mencatat bahwa harga daging ayam turut mengalami kenaikan, namun lebih disebabkan oleh lonjakan permintaan. Hal ini menjadikan daging ayam sebagai penyumbang inflasi dari sisi konsumsi.
“Pasokan daging ayam di bulan Juli sebenarnya lebih tinggi dibandingkan Juni. Namun, karena permintaan meningkat, harga pun ikut naik,” kata Gunawan kepada Mistar, Rabu (6/8/2025).
Inflasi Agustus Diprediksi Melandai
Lebih lanjut, Gunawan memprediksi bahwa laju inflasi di bulan Agustus 2025 berpotensi tidak berlanjut, bahkan melandai. Hal ini didukung oleh proyeksi peningkatan pasokan komoditas pangan seperti cabai dan beras.
“Pasokan cabai dan beras di Sumut berpeluang naik hingga tiga kali lipat dibandingkan bulan Juli. Karena itu, inflasi di bulan Juli kemungkinan besar tidak akan berlanjut pada Agustus,” kata Gunawan. (amita/hm16)