Bobby Dorong Gerakan Ekonomis Kelola Sampah di TPST USU


Gubernur Sumut Bobby Nasution bersama Rektor USU, Muryanto Amin. (f: susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Universitas Sumatera Utara (USU) meluncurkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang berada di dalam lingkungan kampus Pintu 4, Jalan Tri Dharma, Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Selasa (6/5/2025).
Gubernur Sumatera Utara, Muhammad Bobby Afif Nasution, menyebutkan TPST ini telah digaungkan sejak lama untuk mewujudkan kampus zero waste. Ia menilai upaya ini perlu menjadi gerakan yang melibatkan masyarakat secara langsung.
“Tinggal bagaimana penerapannya agar menjadi suatu gerakan yang ekonomis,” ujar Bobby usai meresmikan TPST di USU.
Ia menekankan pengelolaan sampah tidak hanya tugas kampus atau pemerintah, tetapi butuh partisipasi aktif dari masyarakat. Menurutnya, masyarakat akan termotivasi untuk ikut memilah dan mengumpulkan sampah jika melihat adanya nilai ekonomis dari kegiatan tersebut.
“Di sini (USU) kan ditawarkan ada maggot, bisa diolah lagi jadi pelet, dari anorganiknya itu bisa jadi minyak dan solar,” katanya.
Namun, Bobby juga menyoroti pentingnya kesiapan infrastruktur untuk mendukung sistem pemilahan sampah. Ia mengkritisi praktik yang kerap terjadi, yakni masyarakat diminta memilah sampah, namun fasilitas pengangkut tidak mendukung.
“Kadang-kadang truk sampahnya kita buat satu juga, nggak ada pemilahan. Sebenarnya ketika kita meminta masyarakat memilah, kita juga harus siap infrastrukturnya,” ucapnya.
Ia mengapresiasi langkah USU yang juga menyiapkan armada pengangkutan sesuai jenis sampah.
“Pemilahan yang paling utama itu tadi di TPST-nya. Itu bisa dilakukan karena ada alat pemilahan, baik yang pakai conveyor dipilah secara manual, itu pun tadi dibantu pakai mesin. Baru dipilah dan digunakan,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor USU, Muryanto Amin, mengatakan dalam tahap awal, pengelolaan sampah baru mencakup dan melibatkan lebih dari 20 dosen di lima fakultas, yakni Fakultas Teknik, Kedokteran, Psikologi, Pertanian, dan Ilmu Komputer (Fasikom), serta melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar kampus.
Ia menjelaskan saat ini TPST masih dalam tahap uji coba. “Jadi itu tahap awal nanti kan uji coba, baru semua kita masukkan menjadi potensi sampah. Jadi baru 5 fakultas, mudah-mudahan dua bulan lagi sudah bisa semua,” katanya.
Muryanto mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah seluruh sampah di USU nantinya bisa diproses di dalam kampus tanpa ada yang dialihkan ke luar lagi. Namun, ia menegaskan pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar.
“Targetnya, tahun ini nggak ada lagi yang keluar sampahnya,” tutur Muryanto.
Saat ini pengolahan TPST masih dibiayai sepenuhnya oleh pihak kampus karena masih berada dalam skala laboratorium uji coba. Namun, Muryanto optimistis mulai tahun depan pengelolaan ini sudah bisa mengurangi biaya operasional karena hasil olahan mulai memiliki nilai ekonomis.
“Karena sudah ada yang mau membeli hasilnya dari Perbaungan. Hasil maggotnya, sama ayam dan bebek,” ucapnya.
Beberapa area sistematis yang ada di TPST USU yakni pemilihan dan pencacahan, pirolisis dan insinerator, pengomposan, budidaya maggot, produksi pelet maggot, lalu peternakan ikan dan unggas dari pelet maggot.
Sampah rumah tangga atau kantor dipilah menjadi tiga yaitu organik, anorganik dan daur ulang. (susan/hm24)