Friday, August 15, 2025
home_banner_first
SUMUT

Ibu di Medan Harap Pemerintah Bantu Pulangkan Jenazah Anaknya dari Kamboja

journalist-avatar-top
Jumat, 15 Agustus 2025 21.32
ibu_di_medan_harap_pemerintah_bantu_pulangkan_jenazah_anaknya_dari_kamboja

Lanniari saat memegang foto anaknya Nazwa Aliya. (foto:putra/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Seorang ibu asal Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Lanniari Hasibuan (53), memohon bantuan pemerintah untuk memulangkan jenazah putrinya, Nazwa Aliya (19), yang meninggal dunia di Kamboja.

Pemulangan jenazah diperkirakan membutuhkan biaya sekitar USD 8.500 atau setara Rp138 juta, yang tak sanggup ditanggung keluarga.

Hingga kini, Lanniari belum mengetahui pasti penyebab kematian anak bungsunya itu.

Pergi dengan Alasan Ujian Kerja

Lanniari menjelaskan, putrinya meninggalkan rumah sejak Kamis (29/5/2025) dengan alasan mengikuti ujian kerja di Bank BCA bersama teman-temannya yang ia kenal saat praktik kerja lapangan (PKL) di Hotel Adi Mulia, Medan.

“Hari pertama masih ujian, hari kedua dia pergi pagi-pagi sekali, saya tidak melihat kepergiannya,” tutur Lanniari, Jumat (15/8/2025).

Namun siang harinya, Nazwa mengejutkan ibunya dengan mengabari bahwa ia sudah berada di Thailand. Sontak, Lanniari mengaku syok hingga pingsan.

“Sore saya telepon, dia bilang sudah di Thailand. Saya tidak menyangka, padahal katanya hanya ujian kerja,” katanya.

Keesokan harinya, Nazwa mengabarkan bahwa ia sudah tiba di Kamboja menggunakan bus, dan mengaku bertemu dengan Cristopher, seorang pria warga negara Inggris yang dikenal Lanniari saat bekerja di Malaysia.

“Saya kenal Cristopher dulu di Malaysia, tempat kerja kami berdekatan. Tapi saya tidak tahu apakah dia yang menjemput anak saya atau anak saya yang datang ke dia,” ucapnya.

Putus Kontak dan Kabar Kematian

Sejak pertemuan dengan Cristopher, komunikasi antara Lanniari dan putrinya mulai terputus. Saat ditelepon, Nazwa kerap terdengar seperti diawasi, dan pembicaraan terputus tiba-tiba. Tak lama kemudian, Cristopher memblokir kontak Lanniari.

Lanniari sempat melaporkan anaknya hilang ke polisi, namun ditolak karena Nazwa sudah berusia dewasa.

Beberapa waktu lalu, Lanniari menerima kabar duka: Nazwa meninggal dunia. Menurut Cristopher, Nazwa sakit karena mengonsumsi obat Panadol. Namun, surat dari rumah sakit menyebutkan bahwa ia meninggal akibat overdosis.

“Anak saya dirawat selama empat hari. Saya sempat dikirim video dari rumah sakit, Cristopher yang menjaganya,” ujar Lanniari.

Keterangan gambar: Putri dari Lanniari yang sudah meninggal. (foto:putra/mistar)

Kini, jenazah Nazwa masih berada di tempat pengurusan jenazah di Kamboja. Keluarga diminta membayar Rp138 juta untuk proses pemulangan.

“Saya mohon kepada pemerintah, bantu saya agar anak saya bisa dipulangkan dan dimakamkan di sini. Saya belum yakin ini semua, kalau jenazah belum sampai,” ucap Lanniari dengan suara bergetar.

Diduga Terjebak Iming-Iming Pekerjaan

Lanniari menduga anaknya menjadi korban modus penipuan berkedok pekerjaan dan studi di luar negeri. Ia menyebut Nazwa sempat ditawari pekerjaan oleh Cristopher di sebuah perusahaan bernama We Live, dan juga ditawari program “study tour” yang memperbolehkan kerja sambil sekolah.

“Saya rasa anak saya terjebak iming-iming kerja dan studi. Saya tahu betul dia anak yang percaya pada kebaikan orang,” katanya.

Nazwa diketahui telah memiliki paspor sejak usia lima tahun karena Lanniari sebelumnya bekerja sebagai TKI di Malaysia, dan saat itu membawa anaknya menyusul agar bisa bertemu saat cuti.

“Dulu saya kerja di Malaysia dan tidak bisa sering pulang. Jadi anak saya dibawa ke sana oleh orang tua saya,” tuturnya. (putra/hm27)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN