Bulog Sumut Pastikan Stok Beras Aman dan Tak Turun Mutu

Pekerja sedang melakukan pemeriksaan rutin kepada beras Bulog. (foto:dokumen/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Di tengah isu nasional mengenai puluhan ribu ton beras Bulog yang mengalami penurunan mutu, Perum Bulog Wilayah Sumatera Utara (Sumut) memastikan bahwa stok beras di gudang mereka masih dalam kondisi baik.
Pimpinan Wilayah Bulog Sumut, Budi Cahyanto, menegaskan bahwa tidak ada beras yang turun mutu di wilayahnya.
“Tidak ada yang turun mutu. Insya Allah tidak ada. Jadi, kalau pun turun mutu, prosedurnya jelas. Langsung kita perbaiki dengan cara mensosohnya kembali,” ujar Budi kepada MISTAR, Rabu (8/10/2025).
Perawatan Ketat Jaga Kualitas Beras
Budi menjelaskan bahwa kualitas beras tetap terjaga berkat perawatan intensif serta penerapan prosedur penyimpanan yang ketat di gudang Bulog Sumut.
“Kami menjaga sirkulasi udara dan aerasi gudang dengan baik, termasuk ruang di bawah (floor) dan antar tumpukan (stapel). Tingkat kelembaban dijaga antara 26–30 persen. Spraying hama dilakukan setiap 15 hari dan fumigasi tiap tiga bulan, serta lingkungan gudang dijaga dari kontaminasi residu kimia,” jelasnya.
Stok Enam Bulan Masih Layak Konsumsi
Menanggapi kekhawatiran tentang beras yang disimpan terlalu lama, Budi menjelaskan bahwa saat ini Bulog Sumut memiliki sekitar 21.000 ton stok beras yang berasal dari pengadaan bulan Januari hingga Maret 2025.
“Stok itu sudah berusia sekitar enam bulan, namun kondisinya masih baik dan layak konsumsi,” ucapnya.
Penyerapan Lampaui Target, Harga Petani Tetap Dijaga
Terkait instruksi nasional untuk mempercepat penyerapan gabah, Bulog Sumut menyatakan telah melampaui target.
“Target serapan kami hanya 42.300 ton secara GKP (Gabah Kering Panen), dan kami sudah 44.000 ton. Itu setara dengan 21.700 ton beras,” ucap Budi.
Meski telah melampaui target, penyerapan tetap dilakukan secara selektif, mengingat tahun hampir berakhir. Strategi Bulog kini difokuskan pada penjagaan harga di tingkat petani, agar tidak jatuh di bawah harga acuan.
“Kami hanya menjaga agar tidak ada petani yang menjual di bawah Rp6.500/kg. Kalau ada yang mau jual di harga itu, kami serap. Kalau lebih, kami lepas ke mitra. Intinya, kita jaga harga petani,” tuturnya. (hm27)