Wednesday, June 4, 2025
home_banner_first
SIANTAR SIMALUNGUN

Mediasi Guru Bintang Timur dan Warga Toba Perihal Kost Berlangsung Alot

journalist-avatar-top
Senin, 2 Juni 2025 15.52
mediasi_guru_bintang_timur_dan_warga_toba_perihal_kost_berlangsung_alot

Mediasi guru bintang timur dan warga Toba perihal Kost berlangsung alot di Ruang Rapat Gabungan DPRD. (f: gideon/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Mediasi antara warga Kelurahan Toba dan seorang guru di Yayasan Santo Laurensius (Bintang Timur) bernama Viktori Simbolon berlangsung alot.

Mediasi membahas dugaan intimidasi yang dilakukan Viktori terhadap siswa agar memilih kost di tempatnya. Mediasi difasilitasi Komisi II DPRD Pematangsiantar di Ruang Rapat Gabungan DPRD, Senin (2/6/2025).

Mediasi dipimpin Ketua Komisi II, Hendra Pardede, dan dihadiri pengurus Yayasan Santo Laurensius, Lurah Kelurahan Toba, Sekretaris Camat, serta Kapolsek Siantar Selatan.

Ketegangan sempat terjadi karena kedua pihak bersikukuh pada pendapat masing-masing. Warga tetap meyakini si guru telah mengintimidasi. Sementara Viktori membantah tuduhan tersebut.

Ketua Asosiasi Pemilik Kost Kelurahan Toba, Viktor Sipayung menyampaikan, mediasi serupa pernah dilaksanakan pada 28 Mei 2025. Ketika itu disepakati 5 poin, termasuk jumlah maksimal siswa yang bisa kost di tempat Viktori. Saat itu disepakati maksimal 50 orang. Jumlah itu dikhususkan untuk siswa SMP dan SMA Bintang Timur yang baru mendaftar.

Sebab otoritas Viktori sebagai guru dikhawatirkan mengintervensi orang tua agar anaknya menyewa kost miliknya.

"Kalau semua siswa baru diminta kost ke tempatnya, siapa lagi yang menyewa kost kami?" kata Viktor.

Pada pendaftaran tahun ajaran baru ini, Viktor dan warga lainnya menawarkan kost ke orang tua yang datang ke Sekolah Yayasan Santo Laurensius. Sebelum masuk lingkungan sekolah, orang tua berniat menerima tawaran tersebut. Berbeda setelah orang tua masuk ke lingkungan sekolah.

Itu sebabnya Asosiasi Pemilik Kost Kelurahan Toba menduga orang tua mendapat intimidasi dan memilih kost di tempat Viktori Simbolon.

Mendengar itu, para warga sekitar curiga adanya monopoli usaha yang dilakukan Viktori. Jika hal itu berlangsung terus-menerus, warga khawatir usaha kost milik mereka bangkrut karena minim peminat.

Para warga meminta bantuan pemerintah setempat dan Yayasan Santo Laurensius memfasilitasi mediasi dengan Viktori Simbolon. Disebutkan, sempat ada kesepakatan awal mengenai jumlah siswa yang diperbolehkan tinggal di kost milik guru tersebut. Tapi, dibatalkan.

Viktori Simbolon membantah adanya intervensi kepada orang tua siswa yang baru diterima di sekolah tempatnya mengajar. Terkait kesepakatan sebelumnya, Viktori mengakui bahwa ia dalam tekanan, sehingga tidak dijalankannya.

Ia juga meminta dasar penentuan pembatasan maksimal penghuni kost. Viktori berjanji akan taat pada kesepakatan jika ada peraturan yang mengikat.

"Rezeki itu tidak ada yang bisa menentukan," ujarnya. (gideon/hm20)

REPORTER: